Selama Ramadhan, Waroeng Sate Klatak di Semarang Ini Beri Diskon

SEMARANG, KOMPAS.com - Mau cari makanan untuk berbuka puasa yang mengenyangkan? Sate bisa jadi pilihan.

Beberapa minggu ini, hadir Waroeng Sate Klatak yang berada di Jalan Brigjen Katamso 30, Semarang, Jawa Tengah.

Pemilik Waroeng Sate Klatak, Nur Hasan (35) membawa sate klatak tersebut dari Yogyakarta, menjadi cabangnya yang ketiga berada di Semarang.

Ciri khasnya, tusuk sate yang umumnya terbuat dari kayu. Kali ini tusuk satenya terbuat dari alumunium.

Baca juga: Sate Klatak Pak Bari, Hhmm... Daging Kambing yang Empuk

Proses pembakarannya juga agak berbeda, karena dagingnya dibungkus menggunakan daun pisang sehingga aromanya sangat kental terasa.

"‎Pakai daun pisang biar aromanya berbeda dibandingkan sate klatak yang lainnya," katanya.

‎Setiap pengunjung bisa memilih sate berbahan baku daging kambing itu dalam dua pilihan yakni bumbu klatak atau bumbu manis.

Baca juga: Menikmati Sate Ayam Kampung Satu-satunya di Gunungkidul

Bumbu klatak menyerupai kuah gule, sedangkan bumbu manis terbuat dari kecap yang telah melalui proses pemasakan.

Sejumlah bumbu yang digunakan di antaranya garam, bawang putih, merica, daun salam, dan kayu manis.

"Bumbu kecap yang kami pakai juga kami masak dulu dengan bumbu-bumbu sehingga memiliki cita rasa yang berbeda," ujar Nur Hasan.

Dia selalu memperhatikan kualitas dagingnya dengan menggunakan daging kambing muda yang berusia maksimal lima bulan, sehingga daging kambingnya lebih empuk‎.

‎Harga untuk seporsi sate kambing itu dibanderol Rp 35.000 per porsi. Namun khusus selama buan Ramadhan dijual Rp 25.000.

"Promonya sampai lebaran, dan harga tersebut sudah termasuk nasi dan minumnya es teh atau teh panas," ujarnya.

Pengunjung juga bisa mendapatkan menu lainnya yakni tengkleng, gulai, tongseng, dan nasi goreng kambing.

‎Rencananya, Waroeng Sate Klatak yang saat ini hanya ada satu cabang di Kota Semarang akan bertambah lagi dalam waktu dekat.

"Rencananya tahun ini kami akan buka dua cabang lainnya yakni Ngaliyan dan Tlogosari," tambah Nur Hasan. (Tribun Jateng)