Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cukulan Ampas, Kuliner Khas Warga Penataban Banyuwangi saat Lebaran

Kompas.com - 19/06/2018, 15:06 WIB
Kontributor Banyuwangi, Ira Rachmawati,
Sri Anindiati Nursastri

Tim Redaksi

BANYUWANGI, KOMPAS.com - Kuliner Hari Raya identik dengan daging dan makanan bersantan. Namun beda dengan masyarakat Penataban, Kecamatan Giri, Kabupaten Banyuwangi.

Mereka punya makanan khas yaitu cukulan ampas yang terbuat dari kecambah, yang dalam bahasa daerah Using di sebut cukulan.

Menunya cukup sederhana, yaitu kecambah atau cukulan di rendam air panas sebentar lalu ditiriskan. Kemudian parutan kelapa muda diletakkan diatasnya dan ditambah bubuk campuran garam, terasi, dan laos.

Terakhir, disiram dengan cabai yang dihaluskan dan dicampur dengan jeruk sambal.

"Penyajiannya menggunakan daun pisang. Seperti urap-urap tapi beda karena ini isinya hanya cukulan dan bumbu-bumbu sederhana," kata Maspupah (50), warga kelurahan Penataban Banyuwangi kepada Kompas.com Senin (18/6/2018).

Cukulan ampas disajikan dengan daun pisangKOMPAS.COM/Ira Rachmawati Cukulan ampas disajikan dengan daun pisang

Maspupah mengatakan cukulan ampas biasanya disajikan pada Lebaran hari kedua di rumah-rumah warga. Namun sejak empat tahun terakhir, dia menjual cukulan ampas di depan rumahnya saat lebaran karena sudah jarang yang membuat cukulan ampas.

"Dulu saat saya masih kecil selalu ada cukulan ampas, sekarang sudah mulai jarang, jadi saya jualan. Satu pincuk ini harganya dua ribu rupiah," kata Maspupah.

Untuk tahun ini, dia menyiapkan sembilan kilogram kecambah yang ia beli di pasar dan tujuh butir kelapa muda yang diparut.

Sementara itu, Sambiyono (74) ketua adat Penataban kepada Kompas.com menjelaskan kuliner cukulan tersebut sudah ada sejak lama, bahkan saat orangtuanya masih ada.

Kuliner tersebut muncul dari tradisi pondok pesantren yang jumlahnya cukup banyak di wilayah Penataban.

"Sekitar tahun 1930-an di wilayah Penataban ada sekitar 10 pondok pesantren. Cukulan ini kan kecambah atau tunas. Simbol dari silaturahmi yang terus tumbuh. Sementara ampas itu kan barang bekas. Jadi jangan sampai jadi barang bekas yang tidak berguna," jelas Sambiyono.

Nama Penataban sendiri, menurut Sambiyono, berasal dari bahasa Arab yaitu Mantaba yang berarti tempat orang bertobat, berdzikir dan bersembahyang.

Seorang warga sedang membeli Cukulan AmpasKOMPAS.COM/Ira Rachmawati Seorang warga sedang membeli Cukulan Ampas

Untuk melestarikan kuliner cukulan ampas tersebut, masyarakat Penataban pada Senin (18/6/2018) berkumpul di depan balai desa untuk menikmati cukulan ampas bersama sama pada saat lebaran.

"Kita sajikan cukulan ampas hari ini untuk dinikmati bersama sama. Warga bisa beli dengan harga 2 ribu rupiah. Jadi sekalian silaturahmi lebaran juga mengenalkan kuliner khas lebaran Penataban kepada anak-anak muda," pungkasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com