Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ke Manado, Jangan Lupa Makan Bubur Manado di Jalan Wakeke

Kompas.com - 03/09/2018, 20:05 WIB
Muhammad Irzal Adiakurnia,
Wahyu Adityo Prodjo

Tim Redaksi

MANADO, KOMPAS.com - Berkunjung ke Manado belum sah jika Anda belum mencicipi kuliner bubur manado. Ya, namanya begitu melegenda di berbagai daerah Indonesia.

Penasaran dengan rasanya? Namun, jangan coba cari bubur manado di Manado, karena nama asli kuliner ini ialah tinutuan, yang akrab dipanggil bubur manado oleh wisatawan.

Tempat yang harus Anda kunjungi untuk mencoba kuliner ini ialah Jalan Wakeke. Di sana merupakan salah satu jalan di dekat jantung Kota Manado tempat berjejernya penjual tinutuan.

"Kalau cari tinutuan di Manado, ke Jalan Wakeke saja, d isana sentranya mulai dari yang legendaris juga ada," ujar Ari supir sekaligus pemandu saat KompasTravel berkunjung ke Manado dalam perayaan Hari Konservasi Alam Nasional (HKAN), Kamis (30/8/2018).

Benar saja, belasan kios mulai tenda sampai garasi menjual bubur khas ini. Namun saat itu waktu sudah menujukan pukul 17.19 WITA, beberapa kios sudah mulai menutup pintunya.

Salah satu yang masih buka saat itu ialah Kios Teratai, di Jalan Wakeke nomer 15 A, tepat di bawah rumah sewa Residen Wakeke.

Kios Teratai yang menual bubur manado di Jalan Wakeke, Kota Manado.KOMPAS.COM / MUHAMMAD IRZAL ADIAKURNIA Kios Teratai yang menual bubur manado di Jalan Wakeke, Kota Manado.
Edi Tang (63) sang pemilik menyapa rombongan wartawan bersama Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan sore itu. Tidak perlu waktu lama kita pun memilih tinutuan bersama beberapa hidangan pendampingnya yaitu nike, perkedel, dan cakalang fufu.

Bagi Anda yang pertama kali mencoba, mungkin akan terheran melihat hidangan yang disebut bubur ini, karena komposisinya lebih banyak sayur dibanding beras, atau adonan buburnya.

Namun, warna warni labu, singkong, kangkung, kemangi, bayam, dan jagung membuat saya makin penasaran akan citarasanya. Satu lagi yang khas dari bubur ini ialah keberadaan sayur gedi.

"Yang sulit di Jawa itu ini (daun gedi) khas sini punya," tutur Edi sembari menunjukan daun mirip genjer tersebut pada KompasTravel di dapurnya, Manado, Kamis (30/8/2018).

Kios yang baru berdiri dua tahun ini, meracik tinutuan atau bubur manado cukup apik. Tekstur sayur masih terasa segar dan renyah walau dilumat bubur yang panas.

Jagung pun dipilih jagung manis yang lembut berasal dari perkebunan Manado dan sekitarnya. Ikan cakalang fufu yang merupakan olahan ikan cakalang diasap lalu dibumbui, juga nike yang merupakan ikan teri khas Danau Tondano menambah gurih tiap suapan tinutuan.

"Jangan lupa sambal roanya, pas bubur panas paling enak pakai itu sambal," ungkap Edi saat mengantar hidangan.

Bubur Manado di Jalan WakekeKOMPAS.COM / MUHAMMAD IRZAL ADIAKURNIA Bubur Manado di Jalan Wakeke

Ia mengungkapkan sayur dan beberapa bahan dimasukan terakhir, agar tidak hancur. Selain itu juga rasa dan kualitas masih terjaga.

"Pertama justru singkong dan labu sampai sedikit hancur. Baru beras dan sayuran, mangkanya masih segar. Semua serba baru, satu porsi pun dilayani baru, supaya hangat dan enak," tuturnya.

Ia mengaku hanya menggunakan garam, dan sedikit vetsin, sisanya ia pasrahkan pada citarasa tiap bahan baku yang ada di bubur.

Satu piring tinutuan dijual seharga Rp 13.000, sedangkan cakalang fufu Rp 12.500 satu porsi isi lima potong, dan goreng nike Rp 5000 isi empat buah.

"Sudah dua tahun (berdiri), baru memang, tapi rasanya ki punya lebih enak dan murah. Saya juga bingung kenapa orang jual tinutuan mahal sekali di sini," tuturnya.

edi mengatakan kiosnya buka mulai pukul 07.00 hingga tutup 18.00 WITA.


Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com