Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ini Tren Destinasi di Raja Ampat yang Kian Ramai Dikunjungi

Kompas.com - 21/09/2018, 16:20 WIB
Muhammad Irzal Adiakurnia,
Sri Anindiati Nursastri

Tim Redaksi


JAKARTA, KOMPAS.com - Semenjak booming sekitar tahun 2014, Raja Ampat di Papua Barat kerap jadi destinasi impian para wisatawan nusantara maupun luar negeri. Beberapa obyek wisata favorit di Raja Ampat antara lain Piaynemo, Arborek, Yenbuba, dan masih banyak lagi.

Sampai saat ini Raja Ampat masih sangat diminati turis. Hanya saja, tren destinasinya kini bergeser.

"Tahun 2016-an dulu mungkin tujuan utama Piaynemo, Arborek, sekarang trennya bergeser lebih jauh sedikit ke Misool dan Wayag," kata Yuliana, dari Raja Ampat Wholeseller selaku agen paket wisata Raja Ampat saat TTC Travel Mart, Senin (17/9/2018).

Jika beberapa tahun lalu hanya sebagian orang yang ingin ke Misool dan Wayag karena jaraknya yang jauh, kini banyak wisatawan yang ingin mencoba ke sana.

"Karena yang dekat sudah mainstream kali ya, sama atraksi-atraksi wisata di yang jauh kan mulai terbuka (aksesnya)," tuturnya.

Namun, bukan berarti paket wisata Piaynemo dan sekitarnya sepi pengunjung. Menurut Yuliana, masih banyak orang yang belum pernah ke Raja Ampat. Sehingga untuk pertama kali kemungkinan besar mencoba paket dekat tersebut.

Sedangkan paket-paket ke Misool dan Wayag lebih disukai untuk yang pernah ke Raja Ampat, meski ada juga wisatawan baru yang memilih ke sana.

"Pertama datang biasanya milih Piaynemo dan sekitarnya, 1,5 jam kan, dibanding Misool yang enam jam di kapal. Orang dengarnya pertama kali sudah takut," kata Yuliana.

Selain karena jarak, hal yang juga menjadi pertimbangan wisatawan adalah harga. Piaynemo masih dipilih wisatawan karena harganya jauh berbeda dengan paket Wayag dan Misool.

Yuliana menjual paket Misool ke travel agent sekitar Rp 11,4 juta, sedangkan paket Piaynemo Rp 7,9 juta keduanya 5 hari tujuh malam, sudah termasuk penerbangan dari Jakarta.

Perbedaan harga yang jauh itu menurutnya tidak lepas dari ongkos kapal yang harus dikeluarkan menuju destinasi. Ongkos tersebut termasuk sewa kapal, bensin, dan upah ABK.

"Di Misool activity yang lagi naik itu berenang bareng ubur-ubur di Danau Cinta, sebuah teluk yang dikelilingi pulau karang dan pasir jadi bentuknya danau hati," tuturnya.

Ubur-ubur bulan (Aurelia aurita) di perairan Pulau Misool, Raja Ampat, Papua Barat.SHUTTERSTOCK / ETHAN DANIELS Ubur-ubur bulan (Aurelia aurita) di perairan Pulau Misool, Raja Ampat, Papua Barat.

Ubur-ubur di sana tidak menyengat meski berenang dengan manusia, seperti halnya di Derawan.

Sedangkan di Wayag, atraksi wisata yang favorit ialah diving dan snorkeling dengan bayi-bayi hiu.

Kini pemerintah Raja Ampat pun kian banyak menggelar acara-acara pariwisata untuk mengundang wisatawan. Namun, menurut Yuliana saat acara festival itu berbagai akomodasi penuh dan sulit dicari.

"Wisatawan reguler itu tidak terlalu liat event, karena dari travelnya kesulitan mencari akomodasi. Menjelang acara hotel-hotel penuhnya sama corporate terutama pemerintahan, kalau ada harganya mahal, jadi kita alihkan biasanya," tuturnya pada KompasTravel.

Sebagai salah satu ekosistem bawah laut terbaik di Indonesia bahakan dunia Raja Ampat banyak memiliki opsi destinasi-destinasi menarik, bahkan tidak hanya bahari. Ada juga wisata sejarah, dan budaya.

"Tidak akan bosan-bosan kayaknya orang ke sana, palingan cuma geser saja trennya. Selama destinasi di sananya juga terus dikembangin ya," pungkas Yuliana.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com