BETUN, KOMPAS.com - Udara pada Rabu (31/10/2018) pagi terasa panas. Meski waktu masih menunjukkan pukul 09.00 Wita, tetapi sinar matahari langsung menyengat kulit.
Ribuan warga Kabupaten Malaka, Nusa Tenggara Timur (NTT) tumpah ruah di jalan protokol di wilayah yang berbatasan langsung dengan Distrik Kova-Lima, Negara Timor Leste itu.
Mulai dari anak kecil hingga orang tua, masing-masing mengenakan sarung dan kain adat khas Malaka.
Mereka ramai-ramai mengarak patung Bunda Maria dari Paroki Dekenat Malaka menuju Goa Maria Tubaki Betun.
Baca juga: Meriahnya Perarakan Besar Patung Santa Maria Nain Feto Feto di Malaka
Warga setempat menyebut patung tersebut, dengan nama Ina Maria Nain Feto Malaka.
Dipimpin Uskup Atambua Mgr Dominikus Saku, Bupati Malaka Stefanus Bria Seran dan sejumlah biarawan biarawati, warga mulai mengarak patung tersebut sejauh kurang lebih dua kilometer.
Sepanjang jalan, umat pun menggelar doa dan menyanyikan lagu pujian kepada Bunda Maria.
Namun begitu, warga pun penuh semangat berusaha naik hingga puncak bukit. Uskup Dominikus Saku, kemudian memimpin misa di depan Goa Maria Tubaki.
Umat terlihat kusuk berdoa dan mengikuti jalannya misa, meski terik mentari terus membakar ubun-ubun dan kulit.
Bupati Malaka, Stefanus Bria Seran menyebut, perarakan patung tersebut digelar dua tahun sekali. "Kegiatan ini dilaksanakan oleh Dekenat Malaka setiap tahun genap," ucapnya.
Pemerintah Daerah Malaka, lanjut Seran, terlibat untuk mengemasnya sebagai salah satu daya tarik wisata religi, tanpa menggurangi nilai-nilai leluhur dari budaya keagamaan ini.
Lebih lanjut, Stefanus menambahkan, untuk semakin menjadi daya tarik, pihaknya terus membenahi dan mengemas semenarik mungkin. Caranya dengan menginformasikan ke publik secara luas jauh sebelum acara digelar.
Dari segi infrastruktur juga lanjut Stefanus, dibenahi. Kemasan kegiatan lain juga disiapkan, tanpa mengurangi bobot kegiatan keagamaan.