Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Etalase Taman Batu di Gunungkidul, Destinasi Wisata Sepi Peminat

Kompas.com - 14/11/2018, 07:46 WIB
Markus Yuwono,
I Made Asdhiana

Tim Redaksi

YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Etalase Taman Batu sebagai salah satu destinasi wisata edukasi di Gunungkidul, DI Yogyakarta, belum banyak dikenal wisatawan meski sudah dibuka untuk umum. Lokasinya berada di jalur wisata menuju kawasan pantai. Saat ini pemerintah terus berupaya meningkatkan sarana dan prasarana.

Dari pengamatan Kompas.com di lokasi tepatnya Taman Batu Ngingrong di Desa Mulo, Kecamatan Wonosari, sejumlah pekerja tengah membangun sarana dan prasarana pendukung di sekitar batuan.

Baca juga: Pengembangan Geopark Gunungsewu Diambil Alih Pemerintah Pusat

Saat memasuki destinasi tersebut, terlihat sebuah batu berukuran besar. Setelah didekati, batu tersebut berjenis Chalcedony. Hal itu bisa dipastikan karena di depan batu tersebut terdapat semacam prasasti berisi penjelasan mengenai batu besar itu.

Tak hanya batuan saja, beberapa bongkah fosil kayu juga terpajang di kawasan yang dipenuhi pohon perindang ini.

"Sejak 2015 kita terus lengkapi koleksi taman batu yang ada di Ngingrong ini," kata Sekretaris Dinas Pariwisata (Dispar), Gunungkidul, Hary Sukmono kepada wartawan di lokasi Selasa (13/11/2018).

Baca juga: Mengenal Lebih Dekat 4 Geopark Indonesia yang Diakui Dunia

Saat ini terdapat 20 jenis batuan, dengan jumlah ratusan buah yang berasal dari kawasan Gunung Sewu Unesco Global Geopark mulai dari Gunungkidul, Wonogiri, hingga Pacitan.

Sebuah fosil hewan laut yang ada di Etalase Taman Batu di Mulo, Kecamatan Wonosari, Gunungkidul, DI Yogyakarta, Selasa (13/11/2018).KOMPAS.com/MARKUS YUWONO Sebuah fosil hewan laut yang ada di Etalase Taman Batu di Mulo, Kecamatan Wonosari, Gunungkidul, DI Yogyakarta, Selasa (13/11/2018).
Mereka ditata di luar ruangan dengan ukuran besar paling depan, sementara untuk batuan yang berukuran kecil, dan fosil di dalam ruangan. Setelah berjalan lebih jauh, ternyata ada sebuah bangunan yang merupakan Etalase Taman Batu.

Untuk koleksi yang ada sendiri mulai dari berbagai batuan, fosil biota laut, dan fosil kayu dinilai saat ini sudah relatif lengkap.

"Ini merupakan bagian dari mengembalikan, mengumpulkan parsel-parsel sejarah terbentunya bumi Gunungsewu. Masing-masing punya keunikan tersendiri pastinya, yang memiliki nilai edukasi," kata Hary.

Diakuinya, meski sudah dibuka untuk umum, namun belum banyak pengunjung yang datang ke lokasi, meski hingga kini pihaknya juga belum mengenakan tarif untuk pengunjung yang hendak masuk ke taman tersebut.

Untuk sarana dan prasarana targetkan akhir tahun ini selesai pengerjaan interpretasi atau papan penjelasan tentang batu yang ada, sementara batuan yang ada di luar ruangan dahulu, karena anggaran yang terbatas jadi harus bertahap.

"Saat ini kunjungan paling banyak memang dari kalangan pelajar terakhir itu rombongan dari mahasiswa UNES (Universitas Negeri Semarang), untuk kalangan umum memang belum banyak," katanya.

Terpisah, Presiden Geopark Indonesia, Budi Martono, mengatakan berbagai promosi sudah dilakukan untuk pengenalan Geopark Gunungsewu, diantaranya melalui web, brosur.

Fosil kayu koleksi Etalase Taman Batu di Mulo, Kecamatan Wonosari, Gunungkidul, DI Yogyakarta, Selasa (13/11/2018).KOMPAS.com/MARKUS YUWONO Fosil kayu koleksi Etalase Taman Batu di Mulo, Kecamatan Wonosari, Gunungkidul, DI Yogyakarta, Selasa (13/11/2018).
"Selain itu TIC (Tourist Information Centre) yang ada di Patuk diharapkan dapat segera selesai penambahan pembangunanya, agar dapat semakin mudah mengenalkan," katanya.

Menurut dia, Gunungsewu saat ini oleh pemerintah pusat dijadikan percontohan yang berhasil mengembangkan Geoparknya. Belum lama ini juga ada kunjungan dari Pemerintah Pusat ke Ngingrong.

"Kita terus berupaya agar geopark di Indonesia berkembang, termasuk Gunung Sewu Unesco Global Geopark," ucapnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com