Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jalan-jalan Sehari Bersama Fadli Zon di Copenhagen

Kompas.com - 14/11/2018, 12:34 WIB
Ana Shofiana Syatiri

Editor

COPENHAGEN, KOMPAS.com - Kamis 25 Oktober 2018, saya mendapat tugas dari Bapak Dubes Indonesia untuk Denmark, M Ibnu Said, untuk mendampingi Wakil Ketua DPR RI Fadli Zon. Rencana sudah disusun sejak pagi, setelah saya berkonsultasi dengan Edison, ajudannya.

Intinya adalah, Pak Fadli, demikian saya memanggilnya, ingin berkunjung ke beberapa museum dan makam orang-orang terkenal di Denmark.

Salah satunya adalah makam Hans Christian Andersen, pengarang buku terkenal abad ke-18 yang cerita-ceritanya telah diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa dunia, seperti "Little Mermaid" dan "The Ugly Duckling".

Perjalanan bersama diawali dengan mendatangi gedung Parlemen Denmark, menyusuri kanal yang indah, dan angin yang sedikit lebih kencang daripada hari biasa, 9 derajat Celcius. Brrr... Tentu saja, hal itu tidak menghalangi kami untuk berfoto-foto di tempat yang memang memiliki pemandangan menarik.

Setelah itu, kami memasuki Perpustakaan Nasional yang disebut Black Diamond di pinggiran kanal Copenhagen. Pemandangan yang indah serta fasilitas yang lengkap, menyebabkan tempat ini lebih mirip dengan hotel-hotel berbintang daripada suatu perpustakaan.

Pak Fadli terlihat menikmati pemandangan gedung-gedung di sepanjang jalan. Dia menyempatkan membeli beberapa buku tentang Indonesia, serta poster yang dia sukai di toko buku yang ada di perpustakaan Black Diamond ini.

Tujuan selanjutnya adalah makam yang disebut Asistent Cemetery yang terletak di Kecamatan Norebro Copenhagen. Setelah memasuki kompleks makam, ternyata terdapat Makam dari beberapa orang terkenal Denmark di dalamnya.

Ada makam Sorens Kiekergaard, filsuf terkenal Denmark yang mencetuskan teori-teori existensialisme, sehingga sering disebut sebagai Bapak Existensialisme dunia. Ada juga makam seorang fisikawan terkenal Denmark penerima hadiah Nobel, Niels Bohr, juga salah satu nama penulis buku yang saya sudah sebut di atas.

Di sela-sela perjalanan, kami juga mampir ke Paludan Bogcafe, cafe yang sekaligus menjual berbagai buku, baik yang baru maupun kuno. Makanan yang dijual juga relatif murah dan lezat.

Pak Fadli mengagumi ide pembuatan cafe semacam ini, yang menurut dia bisa ditiru di Indonesia, seperti Jakarta, dan tempat-tempat tujuan wisata lainnya seperti Bali, Yogja, Medan dan kota-kota lainnya.

Pembahasan mengenai berbagai isu populer seperti pendidikan anak-anak muda, berbagai tipe pemimpin dunia, dan obrolan ringan menyertai seruputan kopi yang kami pesan.

Kritikan beliau tentang beberapa kegagalan pemerintah, sebagai parlementarian, disampaikan dengan halus, (mungkin ingat saya seorang aparatur sipil negara, he-he-he). Saya juga tidak kurang menimpali dengan sebatas pengetahuan saya.

Saya sempat bercerita tentang pengalaman bekerja di Noumea, sebuah kepulauan di Pasifik Selatan, menjadi Konsul Muda bagi sekitar 1.000-an WNI dan keturunan Indonesia di sana (periode sebelum referendum kemerdekaan Kaledonia Baru/Koloni Perancis tahun 1998, yaitu 1994-1997).

Selain itu, saya menceritakan beberapa fakta perkembangan baru yang menggembirakan di kawasan Bogcafe ini (Book Cafe) yang bersebelahan dengan Perpustakaan Besar Universitas Copenhagen dan Gereja Kathedral, berada di kawasan yang sering disebut Jewish Zone).

Saya menyampaikan berdasarkan pengamatan, kelompok Yahudi di Denmark berbeda dengan kelompok Yahudi yang sering saya jumpai di Buenos Aires, Argentina, pada masa penugasan saya 2008-2012 di sana.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com