Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Berencana Mendaki Gunung Semeru? Perhatikan 5 Hal Ini

Kompas.com - 18/12/2018, 12:00 WIB
Vitorio Mantalean,
Wahyu Adityo Prodjo

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Gunung Semeru dengan Mahameru-nya yang melegenda menjadi primadona bagi pendaki mana pun. Pesona Ranu Kumbolo sulit ditampik. Meskipun sedang musim hujan, tetapi Semeru tetap menjanjikan keindahan bagi para pengunjungnya.

KompasTravel merangkum beberapa hal yang perlu pendaki perhatikan sebelum mengunjungi gunung tertinggi di Pulau Jawa ini:

Pendaftaran online

Terhitung sejak 1 Oktober 2017, sistem pendaftaran SIMAKSI (surat izin masuk kawasan konservasi) pendakian Gunung Semeru seratus persen online via situs www.bookingsemeru.bromotenggersemeru.org. Pihak Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) tidak lagi menerima pendaftaran di tempat.

Baca juga: Mulai 1 Oktober, Pendaki Gunung Semeru Wajib Daftar secara Online

Konfirmasi pembayaran harus dilakukan maksimal 1x24 jam usai menerima kode booking. Selain itu, pendaki perlu menyiapkan surat keterangan sehat bertanggal H-1 pendakian.

Briefing wajib

Usai mendaftar, rombongan pendaki perlu menghadiri agenda briefing wajib oleh Sahabat Volunteer (SAVER) Semeru. Briefing berlangsung sekitar 15-20 menit dengan sesi tanya jawab bebas.

Pihak SAVER akan memaparkan berbagai kondisi di lapangan, larangan-larangan yang berlaku, serta sejumlah panduan mendaki secara lebih rinci.

Transportasi

Akses menuju desa terakhir Ranu Pani dapat dijangkau dengan menyewa Jeep dengan kisaran tarif Rp 600-700 ribu per mobil. Jeep muat ditumpangi 6-7 orang pendaki. Beberapa penyedia jasa akan menawarkan paket perjalanan pulang pergi dengan harga yang sedikit lebih murah.

Sebelum menyewa Jeep, pendaki dapat menggunakan angkot menuju Pasar Tumpang dari Stasiun Malang dengan tarif sebesar Rp 20-25 ribu per orang.

Tidak direkomendasikan ke puncak

Status Waspada Gunung Semeru membuat radius aman berada pada area di luar empat kilometer dari puncak. Hal ini demi menghindari lontaran lava pijar yang mungkin terjadi setiap waktu.

Lebih dari itu, cukup banyak korban yang menjadi keganasan alam sekitar Puncak Mahameru. Salah satunya ialah aktivis sekaligus pendiri organisasi Mahasiswa Pencinta Alam Universitas Indonesia (Mapala UI), Soe Hok Gie.

Baca juga: Napak Tilas Kematian Soe Hok Gie di Museum Taman Prasasti

Gie meregang nyawa bersama rekannya, Idhan Lubis, di Puncak Mahameru akibat menghirup gas beracun yang mengepul dari Kawah Jonggring Saloka di sisi selatan puncak. Hingga saat ini, Jonggring Saloka masih menyemburkan gas beracun di atas pukul 09.00 WIB.

Edelweis di MahameruKOMPAS.com/ANGGARA W PRASETYA Edelweis di Mahameru
Risiko diterjang batu gugur dari arah puncak, tersesat ke arah jurang sedalam 75 meter (area Blank 75), dan hipotermia juga senantiasa mengintai pendaki yang nekat mendaki hingga Mahameru.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com