JAKARTA, KOMPAS.com - Okupansi kamar hotel di kawasan Carita, Cinangka, dan Panimbang Banten diperkirakan turun lebih dari 50 persen pascaperistiwa tsunami Selat Sunda, Sabtu (22/12) malam.
Penurunan itu lantaran disebabkan wisatawan yang menjadi korban, dan ketidaknyamanan yang muncul pascatsunami.
"Okupansi drop lebih hingga lebih dari 50 persen di Tanjung Lesung, Carita, Cinangka. Mereka banyak yang check out karena merasa tak nyaman dengan kondisi sekarang," kata Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Provinsi Banten, Achmad Sari Alam saat dihubungi KompasTravel, Minggu (23/12).
Baca juga: Kisah Turis yang Selamat dari Terjangan Tsunami di Tanjung Lesung
Menurutnya, ada sekitar 1.000 kamar penginapan yang terdampak pascatsunami. Jumlah itu termasuk penginapan bertipe resort, homestay, dan cottage.
"Yang bermasalah dan terdampak itu hanya Tanjung Lesung, Cinangka, Carita. Yang terparah itu Hotel Mutiara, Tanjung Lesung, dan hotel-hotel lain," ujar Achmad.
Proses pemulihan okupansi dan iklim pariwisata di daerah terdampak tsunami Selat Sunda, lanjut Ahmad, khususnya di Banten akan membutuhkan waktu kurang lebih satu bulan. Hal itu karena area restoran, kolam renang, dan cottage banyak yang terdampak.
Ia menekankan wilayah Anyer tak terdampak tsunami Selat Sunda. Dampak terberat yang terlihat adalah wilayah Tanjung Lesung, Cinangka, dan Carita.
"Kiranya supaya jadi pertimbangan lagi. Harapan kami tidak kekhatiwaran yang berlebih dan kami pasti berikan pelayanan yang terbaik untuk wisatawan," tambah Achmad.
Tsunami terjadi pada Sabtu (22/12) malam di pesisir Selat Sunda. Kabupaten Pandeglang menjadi kabupaten terparah yang terdampak tsunami. Kerusakan bangunan fisik di Pandeglang tercatat 446 unit rumah rusak, 9 unit hotel mengalami rusak berat, dan 60 warung rusak.