Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 11/03/2019, 21:06 WIB
Nansianus Taris,
Wahyu Adityo Prodjo

Tim Redaksi

LEWOLEBA, KOMPAS.com - Masyarakat Desa Pasir Putih, Kecamatan Nagawutung, Kabupaten Lembata masih sangat menjaga kental dengan tradisi yang diwariskan nenek moyang mereka. Tradisi itu diwariskan secara turun temurun.

Salah satu tradisi orang Mingar memiliki yang sudah diwariskan turun temurun yakni Guti Nale. Guti Nale merupakan tradisi menangkap atau mengambil Nale (Nyale, bahasa Indonesianya), sejenis cacing laut.

Tradisi ini berlangsung pada bulan Februari dan Maret atau pada purnama ke 6-7 pada bulan kedua dan purnama ke 7-8 pada bulan ketiga seturut penanggalan kalender orang Mingar.

Tradisi ini sudah tua. Menurut cerita yang beredar, Guti Nale sudah dimulai pada tahun 500 masehi. Memang belum ada penelitian yang menjelaskan sejak kapan tradisi ini dimulai. Hanya ada cerita yang dituturkan dari generasi ke generasi dan sarat dengan mistis magisnya.

Di tahun 2019 ini, pemerintah kabupaten Lembata melalui Dinas Pariwisata menjadikan tradisi Guti Nale ini sebagai salah satu festival. Festival Guti Nale ini merupakan festival perdana.

Minggu, (24/2/2019) Kompas.com bersama dua jurnalis dari media Ekora NTT dari Maumere,  diundang Pemkab Lembata untuk meliput keberlangsungan festival Guti Nale yang diselenggarakan, Senin (25/2/2019).

Pukul 07.00, kami keluar dari Maumere menuju Larantuka, ibukota kabupaten Flores Timur. Kami naik bus dan tiba di Larantuka pukul 11.00.

Dari Larantuka kami langsung melanjutkan perjalanan menuju Lembata menggunakan kapal cepat. Kami tiba di pelabuhan Lembata tepat pukul 14.30. Di pelabuhan, saya dan teman jurnalis bersenda gurau dan menyeruputi kopi di salah satu warung kopi, sambil menunggu jemputan dari Dinas Pariwisata Lembata.  

Setelah 30 menit berselang, mobil putih milik dinas Pariwisata muncul dan menghampiri kami. "Saya dari dinas Pariwisata yang datang jemput kawan-kawan," ujar sopir itu sambil menyalami kami bertiga.

Waktu menunjukkan pukul 15.00, dia langsung mengajak kami untuk berangkat dari Kota Lembata menuju Kampung Mingar, tempat Festival Guti Nale diselenggarakan.

Jarak tempuh dari Kota Lewoleba sekitar dua jam. Sebenarnya tidak begitu lama. Hanya kondisi jalan yang amat buruk membuat jarak tempuhnya agak lama.

Keluar dari kota Lembata, kondisi jalan menuju kampung Mingar pun agak berbeda. Jalan dipenuhi lubang dan lumpur. Jalannya becek dan licin. Maklum, paginya di daerah itu ada hujan. Mobil yang kami tumpangi harus berenang di lumpur dan melewati kali besar tanpa jembatan.

Namun, kondisi itu terobati pemandangan alam yang indah di sepanjang perjalanan. Deretan bukit, laut yang indah, dan pulau-pulau di seberang bikin mata enggan berkedip.

Festival bertajuk Duli Gere, Lewo Ra e Malu di Lewobata, Nusa Tenggara Timur menampilkan beragam acara seperti karnaval Nale, Tarian Kolosal, Kuliner Nale dan Guti Nale itu sendiri. KOMPAS.com / NANSIANUS TARIS Festival bertajuk Duli Gere, Lewo Ra e Malu di Lewobata, Nusa Tenggara Timur menampilkan beragam acara seperti karnaval Nale, Tarian Kolosal, Kuliner Nale dan Guti Nale itu sendiri.

Pukul 17.00, kami tiba di kampung Mingar, desa Pasir Putuh, kecamatan Nagwutung, kabupaten Lembata. Orang Mingar pun menyambut kami dengan senyum ramah.

Suasana begitu akrab. Tukar kasih dan saling pengertian. Kasat kelihatan gestur tubuh dan rona wajah memancarkan aura gembira. melebur dalam keakraban yang hangat.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com