Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
KILAS

Konser Musik Malaka 2019 Tampilkan Tari Kolosal Tanah Timor

Kompas.com - 12/03/2019, 09:57 WIB
M Latief

Editor

MALAKA, KOMPAS.com – Sebanyak 3 tarian daerah akan ditampilkan dalam Konser Musik Perbatasan Malaka dan Kefamenanu (KMP-MK) 2019. Rencananya, tari-tarian itu akan dibawakan secara kolosal.

Konser Musik Perbatasan Malaka-Kefamenanu akan digelar 28-29 Maret 2019 di Lapangan Misi Paroki Betun, Malaka, Nusa Tenggara Timur (NTT).

Asisten Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran I Regional III Kementerian Pariwisata Muh. Ricky Fauziyani mengatakan, atraksi seni di Malaka ini tidak akan kalah heboh dibandingkan dengan Konser Musik Perbatasan Atambua.

"Setelah Atambua, kita juga akan menampilkan konser musik di Malaka. Ada Maria Vitoria dan Bondan Prakoso yang akan menjadi bintang tamu. Ada juga aksi tarian massal. Selain berbagai kemeriahan, event ini menjadi media pelestari seni budaya dan tradisi," tutur Ricky Fauziyani, Minggu (10/3/2019).

Tiga tarian yang akan ditampilkan secara kolosal di Malaka adalah Tari Tebe, Tari Likurai, dan Bidu. Ricky menjelaskan, ketiga tarian itu memiliki nilai-nilai berbeda.

"Konser Musik Malaka-Kefamenanu akan makin menarik dengan kehadiran tarian massal khas Tanah Timor. Tari Tebe, Likurai, dan Bidu bisa menjadi inspirasi, karena memiliki nilai-nilai adat. Wisatawan bisa belajar dari nilai yang dimiliki oleh setiap tarian. Jadi, jangan sampai kegiatan ini terlewatkan. Segera atur perjalanan menuju Malaka," tambah Ricky.

Tari Bidu dikenal sebagai media untuk mencari jodoh. Daerah Malaka dan sekitarnya memiliki beberapa tahap menuju jenjang pernikahan. Ada Hameno Bidu yang bermakna kesepakatan sekaligus perencanaan awal menuju pelaminan. Tahap berikutnya adalah Binor, yaitu pertukaran cenderamata yang dilanjutkan dengan Mama Lulik atau peminangan.

Usai dipinang baru dilanjutkan ke tahap Mama Tebes. Ini adalah momen membicarakan tanggal nikah.

Umumnya Tari Bidu dibawakan oleh 8 penari putri dan 2 penari putra. Gerakan Tari Bidu bagi putra didominasi rentangan tangan dan memutar badan. Adapun untuk penari putri didominasi oleh gerak lembut tangan. Posisi kakinya jalan di tempat.

Sementara itu, Tari Tebe serupa dengan Tari Ronggeng. Pada zaman dahulu, Tari Tebe menjadi ungkapan kegembiraan kala Meo pulang dari medan perang. Tebe dibawakan dengan lantunan syair dan kananuk (pantun).

Pada Oktober 2015 lalu Tari Tebe pernah memecahkan rekor MURI. Waktu itu, tarian ini dibawakan oleh 4.601 penari. Memperingati HUT ke-99 Atambua, Belu, tarian ini dibawakan oleh pelajar dan instansi terkait. Sembari menari, mereka membentuk formasi angka 99.

Adapun Tari Likurai sempat mencuri perhatian pada upacara pembukaan Asian Games 2018. Setahun sebelumnya, pada Oktober 2017, tari ini juga pernah tecatat dalam rekor MURI.

Saat itu tarian ini dibawakan oleh 6.000 penari di Bukit Fulan Fehan. Para penarinya adalah pelajar dari 3 kabupaten di zona crossborder NTT.

"Ada banyak tarian yang disajikan di konser musik Malaka nanti. Beberapa memiliki background prestasi luar biasa. Lengkap dengan karakter eksotisnya," papar Ricky lagi.

Menteri Pariwisata Arief Yahya mengatakan bahwa Konser Musik Malaka dan Kefamenanu akan menjadi atraksi yang sayang untuk dilewatkan.

"Bukan hanya atraksinya yang luar biasa. Aksesibilitas dan amenitas menuju Malaka juga bagus. Kami tunggu Anda di Malaka. Enjoy Tanah Timor," ucap Arief Yahya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com