Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Legenda Pantai Enagera di Kaki Gunung Api Ebulobo Flores (1)

Kompas.com - 12/03/2019, 20:32 WIB
Markus Makur,
I Made Asdhiana

Tim Redaksi

MAUPONGO, KOMPAS.com — Nama-nama obyek wisata di Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur memiliki kisah tersendiri. Obyek wisata itu selalu berkaitan dengan kisah-kisah leluhur yang menghuni pertama di tempat itu.

Salah satu dari ratusan obyek wisata di Pulau Flores yang masih tersembunyi di bagian selatan dari Kabupaten Nagekeo adalah Pantai Enagera.

Pantai Enagera terletak di Desa Wolotelu, Kecamatan Maupongo, Kabupaten Nagekeo belumlah terkenal dibanding dengan obyek wisata di berbagai tempat di bagian utara dan selatan dari Pulau Flores.

Kalangan tertentu atau warga sekitar itu yang hanya mengetahui obyek wisata itu. Bahkan, warga Desa Wolotelu dan Maupongo serta sekitarnya yang sering berwisata di obyek itu berenang dan mandi.

Orang luar atau wisatawan asing belum mengetahui obyek wisata pantai untuk berlibur dan menikmati senja di obyek wisata unik tersebut. Bahkan, anak-anak usia sekolah di Desa Wolotelu menikmati alam dan pantai Enagera ketika senja tiba di ujung barat dari pantai tersebut.

Baca juga: Berkunjung ke Sentra Tenun Sulam Rana Tonjong di Flores Barat

Sesungguhnya, selain obyek wisata Pantai Enagera yang unik karena pasir dan bebatuannya, juga ada kisah unik dan menarik bagi wisatawan asing dan Nusantara untuk menelusuri kawasan yang berada di bawah kaki gunung api Ebulobo Flores.

Inilah legenda asal usul nama pantai Enagera yang berhasil dihimpun Kompas.com, Senin (25/2/2019) malam. Malam itu sebagai orang baru yang ingin meliput obyek wisata dan Festival Pantai Enagera I Nagekeo meminta izin dan restu agar selama peliputan berjalan dengan lancar dan dijaga leluhur setempat.

Baca juga: Kisah Mistis Tiwu Ndeghar Peka, Hanya Ada di Flores Barat

Pemilik ulayat Pantai Enagera sekaligus pewaris leluhur itu, Laurensius Ame, Kornelis Gere dan Mikael Bene kepada Kompas.com, Selasa (26/2/2019), menjelaskan, nama pantai Enagera di selatan dari Kabupaten Nagekeo.

Ena dalam bahasa Keo itu berarti pasir dan Gera itu nama leluhur yang menjaga pantai serta wilayah sekitarnya. Biasanya pewaris menyebutnya Gera Gae. Jadi leluhur itu yang menjaga pantai Ena.

Pantai Enagera di bagian selatan dari Kabupaten Nagekeo sangat eksotis saat matahari terbenam. Obyek wisata ini sedang gencar dipromosikan oleh pemuda Maupongo dengan memulai Festival Pantai Enagera-Maupongo-Nagekeo, Flores, NTT, Selasa (26/2/2019). KOMPAS.com/MARKUS MAKUR Pantai Enagera di bagian selatan dari Kabupaten Nagekeo sangat eksotis saat matahari terbenam. Obyek wisata ini sedang gencar dipromosikan oleh pemuda Maupongo dengan memulai Festival Pantai Enagera-Maupongo-Nagekeo, Flores, NTT, Selasa (26/2/2019).
Lalu, nama leluhur itu diabadikan untuk menamai pantai itu menjadi Pantai Enagera. Ribuan tahun lalu sudah memberikan nama pantai itu Pantai Enagera. Karena leluhur menjaga pantai tersebut.

Ame mengisahkan bahwa leluhur itu yang menjaga dan penjaga pantai yang penuh dengan pasir (Ena) dan bebatuan yang sangat berbeda dengan pantai lain di kawasan Selatan dari Kabupaten Nagekeo.

“Kami sebagai generasi penerus dan pewaris mengabadikan dan menghormat leluhur itu dengan memberikan nama Pantai Enagera di kawasan Selatan dari Kabupaten Nagekeo di Pulau Flores,” jelasnya.

Menurut Gere, selain nama leluhur itu, pantai ini sangat unik dan memiliki nilai mistisnya. Di mana, setiap tahunnya, pasir akan berada di bibir pantai pada bulan April. Juga ada sebuah batu di bibir pantai itu untuk meminta hujan oleh keturunannya. Jadi pada bulan Januari sampai Maret, pantai ini dipenuhi bebatuan yang unik. Lalu memasuki bulan April bibir pantai ini penuh dengan pasir.

“Kami juga tidak tahu mengapa hal ini terjadi. Namun, dari tahun ke tahun bahwa peristiwa itu terus terjadi di Pantai tersebut. Kami pikir disinilah tanda-tanda mistis dari pantai ini,” kata Gere.

Festival Pantai Enagera I Ajang Promosi

Mikael Bene menjelaskan, Festival Pantai Enagera I yang diinisiatif oleh pemuda milenial Maupongo didukung oleh pemangku adat dari Pantai Enagera tersebut.

Senin malam, (25/2/2019) sejumlah pemuda Maupongo bersama dengan pemerintah Desa Wolotelu bertemu pewaris sekaligus penjaga Pantai Enagera di rumah adat yang berada tak jauh dari pantai itu untuk meminta restu dan melaksanakan ritual adat sebagai penghormatan terhadap leluhur agar pelaksanaan dari Festival ini berjalan lancar, aman.

Malam itu, Fredi, Lodi, Aston dan Yohanes Lado dan Kompas.com bertemu tua-tua adat di rumah adat untuk meminta izin dan restu leluhur agar pelaksanaan festival Pantai Enagera I sebagai ajang promosi berjalan dengan aman dan lancar karena Pantai Enagera selama ini belum dipromosikan secara luas.

“Inisiatif dan kreasi anak muda atau kaum milenial Maupongo sangat didukung oleh tokoh-tokoh adat di Desa Wolotelu,” kata Fredi.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com