Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
KILAS

Arief Yahya: Visi Tanpa Aksi itu Fantasi, Aksi Tanpa Visi itu Sensasi!

Kompas.com - 23/03/2019, 13:14 WIB
M Latief

Editor

JAKARTA, KOMPAS.com – Menteri Pariwisata Arief Yahya mengaku sadar betul dengan fungsi dan peran media dalam branding, advertising, dan selling. Dia juga menyadari bahwa framework yang sudah diluncurkan direspons positif oleh publik dan menjadi rumus bersama.

"Kalau ada rumus yang lebih baik saya juga siap menerima koreksi," kata Arief, Sabtu (23/9/2019). 

Memang, ada ratusan kata mutiara yang pernah dicetuskan oleh Menpar Arief Yahya selama ini. Menurut dia, semua itu lahir dari budaya kerja, kerja kerja, dan WinWay Solid Speed Smart.

Arief mengaku sejauh ini belum ada yang secara resmi mengajukan keberatan soal rumus dan kata-kata mutiara yang dilontarkannya lewat media. Bahkan, di banyak tempat justru dijadikan acuan.

"Misalnya, quotation Visi tanpa Aksi itu Fantasi, Aksi Tanpa Visi itu sensasi atau sesaat saja, maka selaraskan antara visi dan aksi, yang bisa mengubah dunia," papar Arief.

Arief mengaku ingat pesan Jack Welch yang menyatakan bahwa kecepatan merupakan hal terpenting untuk memenangkan bisnis. Jack bilang, The 3S’s of winning in business are speed, simplicity and self-confidence.

Dia juga ingat tentang 'The Art of War' yang ditulis oleh Sun Tzu. Sun Tzu mengatakan,"What is of the greatest importance in war is extraordinary speed; one cannot afford to neglect opportunity."

Namun, menurut Arief, bukan kebetulan jika Jack Welch menempatkan speed sebagai elemen pertama dari konsep 3S-nya (Speed, Simplicity, Self-Confidence), terutama di dalam lingkungan yang berubah cepat sehingga speed adalah segalanya.

"Itu sebabnya, saya juga menempatkan speed sebagai salah satu nilai yang harus dikembangkan di Kemenpar, yaitu: solid, speed, smart. Saya sering katakan, yang cepat memakan yang lambat, bukan yang besar memakan yang kecil," ucap Arief.

Kecepatan akan terwujud, lanjut Menpar, jika sebuah organisasi mampu berpikir cepat (fast thinking), mengambil keputusan secara cepat (fast decision), serta melakukan aksi dengan cepat (fast action).

Arief bilang, berpikir cepat sangat penting untuk mengantisipasi masa depan melalui visi dan strategi yang dirumuskan. Mengambil keputusan cepat juga diperlukan, karena begitu banyak informasi harus dikerucutkan menjadi kebijakan.

"Dan, melakukan aksi cepat sangat penting, karena aksilah yang menghasilkan result. Jadi, semua kata-kata mutiara yang sering saya buat itu selalu punya story dan sarat makna,” kata Arief.

Contoh lain yang sering diungkapkan Arief adalah IFA atau Imagine, Focus, Action. Menurut Arief, focus adalah hal utama. Dari situlah orang akan mengutamakan apa yang menjadi prioritas, terutama dalam mengalokasikan sumber daya pada program-program prioritas.

"Kalau dalam imajinasi kita itu menetapkan tujuan-tujuan akhir yang mau dicapai. Untuk itu, lewat focus itulah kita bisa menetapkan prioritas agar tujuan akhir terwujud. Focus itu tak lain adalah cermin dari kemampuan kita mengalokasikan sumber daya secara bijak," jelasnya.

Sama halnya dengan 3A, menurut Arief, dalam rumus soal Pengembangan destinasi, Menpar selalu menyebut 3A atau Atraksi, Akses, dan Amenitas dan fokus pada ketiga hal tersebut.

"Di hampir semua daerah, yang concern menjadikan pariwisata sebagai lokomotif pembangunan, rumus ini sudah dimengerti dan menjadi framework bersama. Rumus ini memudahkan, menyederhanakan, dan jauh dari kesan membingungkan," ucap Menpar.

Masih banyak rumus yang dibuatnya dan mendapat respons positif dan itu bukan terjadi sekarang, tetapi sudah sejak lama. Arierf mengatakan, mengapa suara minor soal rumus-rumus dan kata-kata mutiara itu baru muncul belakangan?

Pria kelahiran Banyuwangi pun hanya senyum-senyum saja. Menurut dia, semua itu sama dengan digital tourism 4.0, di mana wisatawan yang search and share secara digital mencapai 70 persen, sementara sisanya 30 persen masih lebih nyaman dengan cara konvensional.

"Masih familiar dengan cara lama. Secara statistik, yang 70 persen akan semakin naik, yang 30 persen semakin turun. Karena go digital itu sebuah keniscayaan, cepat atau lambat akan terjad dan kita harus siap memasuki era creative industry dengan segala ragam problematikanya," jelas Arief.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com