Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Ivy Memodifikasi Turubuk, dari Lalapan Jadi Bolu

Kompas.com - 01/04/2019, 21:08 WIB
Sherly Puspita,
Sri Anindiati Nursastri

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Berawal dari tantangan yang dilontarkan Bupati Karawang Cellica Nurrachadiana, Devi Aprilianti alias Ivy membutuhkan waktu berminggu-minggu untuk menemukan resep yang pas mengubah turubuk menjadi makanan ringan khas Karawang.

Turubuk merupakan salah satu jenis tanaman yang tumbuh subur di kawasan Loji, Karawang. Turubuk memiliki bentuk yang sangat mirip dengan tanaman jagung. Namun berbeda dengan tanaman jagung yang dimanfaatkan buahnya, batang turubuk lah yang digunaan masyarakat setempat sebagai bahan makanan.

Baca juga: Mengenal Turubuk, Lalapan Bercitarasa Gurih Khas Loji Karawang

Masyarakat biasa memakan isi batang turubuk sebagai lalapan, dicampur dengan telur lalu digoreng, dipanggang, atau dijadikan aneka masakan seperti lodeh dan pepes.

“Awalnya saya juga bingung gimana cara membuat makanan ringan dari turubuk. Karena saya tukang bolu, ya saya coba-coba membuat turubuk menjadi bolu. Saya menerima tantangan itu saat mengikuti pameran makanan di tahun 2016. Waktu itu produk saya bukan bolu turubuk, tapi Bu Tari. Bu Tari itu bolu yang terbuat dari tape dan durian,” kisah Ivy.

Adonan bolu turubuk.Kompas.com/SHERLY PUSPITA Adonan bolu turubuk.

Ivy mengatakan, awalnya ia mencoba mencampurkan langsung isian batang turubuk di adonan bolu.Adapun isian batang turubuk bentuknya menyerupai tepung terigu namun teksturnya lebih padat dan cenderung basah.

Setelah bolu jadi, ternyata hasilnya tak sesuai yang diharapkan.

“Jadi bisa jadi bolu, tapi bolunya cuma awet dua hari. Lalu saya berfikir cara lain untuk memperbaiki adonannya,” kata Ivy.

Baca juga: Novotel Hadirkan Hotel Bernuansa Jepang di Kawasan Industri Karawang

Kemudian Ivy mencoba mengambil isian batang turubuk lalu menjemurnya. Tekstur turubuk yang basah berubah menjadi kering sehingga semakin menyerupai tepung gandum.

“Lalu saya coba bikin lagi ternyata rotinya lebih awet. Kalau pas tidak ada panas matahari saya coba oven turubuknya, Dan ternyata hasilnya bagus. Bolu bisa tahan sampai 7 hari,” lanjut Ivy.

Bolu turubuk buatan Devi Aprilianti alias Ivy.Dokumentasi Dapur Momie Barani Bolu turubuk buatan Devi Aprilianti alias Ivy.

Pertahankan cita rasa turubuk

Menurut Ivy, setelah diolah menjadi bolu, rasa turubuk yang cenderung gurih namun sedikit getir tak begitu terasa. Namun ia berupaya mempertahankan ciri khas turubuk.

“Kalau sudah terbiasa makan brownis atau bolu lainnya pasti banyak yang menilai bolu turubuk lebih kasar. Tapi memang saya sengaja mempertahankan testur itu agar cita rasa turubuk tetap menonjol,” ujar Ivy.

Awalnya Ivy hanya membuat satu varian rasa bolu, namun sekarang Ia sudah mampu mengolah turubuk menjadi enam variasi rasa. Mulai dari original, rasa keju, coklat, oreo cheese, green tea, hingga taro.

“Tapi setiap varian rasa selalu saya lapisi dengan rasa original. Jadi pelanggan juga bisa mencicipi rasa asli bolu turubuk,” lanjurnya.

Turubuk, lalapan khas masyarakat Loji, Karawang.Kompas.com/SHERLY PUSPITA Turubuk, lalapan khas masyarakat Loji, Karawang.

Awalnya pelanggan harus memesan secara online jika ingin menikmati bolu turubuk Ivy. Namun sekarang bolu turubuk sudah tersedia di berbagai outlet di kawasan Karawang.

Tak hanya di outlet, bolu turubuk juga sudah tersedia di aplikasi pemesanan makanan Go Food. Pelanggan cukup mengetikkan Dapur Momie Barani, kemudian daftar harga akan muncul.

Menurut Ivy, tak hanya di Indonesia, bolu turubuk telah berhasil “go internasional” ke Malaysia, Brunei, Jepang, hingga Saudi Arabia.

“Cita-cita saya Karawang itu punya oleh-oleh khas. Semoga bolu turubuk ini menjadi salah satunya. Saat ini baru kami yang membuat, semoga di kemudian hari akan muncul pembuat bolu turubuk lainnya,” pungkas Ivy.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com