Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

5 Kesalahan yang Sering Dilakukan Pendaki saat Mendaki Gunung

Kompas.com - 09/04/2019, 16:04 WIB
Sherly Puspita,
Wahyu Adityo Prodjo

Tim Redaksi

 

JAKARTA, KOMPAS.com – Mendaki gunung menjadi salah wisata petualangan yang populer di Indonesia. Namun sayangnya, kecelakaan dalam pendakian kerap terjadi di Indonesia.

Menurut data yang dihimpun Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan atau yang dikenal dengan BASARNAS, keselakaan pendakian mengalami peningkatan dalam empat tahun terakhir.

Kecelakaan terjadi karena berbagai faktor, termasuk kesalahan-kesalahan yang dilakukan pendaki itu sendiri. Berikut ini Kompas merangkum 5 kesalahan berakibat kecelakaan yang sering dilakukan pendaki.

1. Tak paham upaya pertolongan pertama

Pendapat pertama disampaikan oleh Kepala Bidang Kesehatan, Keselamatan, Keamanan Federasi Mounteneering Indonesia (FMI) dr. Iqbal El Mubarok. Menurutnya tak pahamnya para pendaki terhadap teknik pertolongan pertama ketika terjadi kendala pendakian menjadi salah satu kesalahan yang dapat berakibat fatal.

“Jadi yang pertama tak pahamnya pendaki terhadap pertolongan pertama, terutama untuk dirinya sendiri dulu. Artinya ketika gunung dengan tinggi 2.500 (mdpl) sudah masuk itu pentingnya mengetahui apa risiko yang akan terjadi seperti hipotermia dan lain-lain,” ujar Iqbal.

Pendaki Gunung Rinjani yang sempat terjebak longsor akibat gempa bumi, Suharti (kanan), berpelukan dengan adiknya setelah berhasil dievakuasi dan tiba di Lapangan Sembalun Lawang, Lombok Timur, NTB, Selasa (31/7/2018). Tiga orang pendaki yang terjebak akibat gempa berhasil dievakuasi menggunakan helikopter.ANTARA FOTO/AKBAR NUGROHO GUMAY Pendaki Gunung Rinjani yang sempat terjebak longsor akibat gempa bumi, Suharti (kanan), berpelukan dengan adiknya setelah berhasil dievakuasi dan tiba di Lapangan Sembalun Lawang, Lombok Timur, NTB, Selasa (31/7/2018). Tiga orang pendaki yang terjebak akibat gempa berhasil dievakuasi menggunakan helikopter.

4. Kurang keterampilan

Kepala Bidang Penelitian dan Pengembangan Asosiasi Pemandu Gunung Indonesia (APGI) Ade Wahyudi mengatakan, kesalahan kedua yang kerap menjadi penyebab kecelakaan pendakian adalah kurangnya keterampilan yang dimiliki pendaki tersebut.

“Jadi kurang terampilnya pendaki menyiapkan peralatan, fisik, terutama mental. Skill menyelesaikan kendala itu juga penting, jadi ada skill, knowledge,” paparnya.

3. Mengedepankan ego

Kemudian menurut traveler dan pendaki gunung Satya Winnie, pendaki yang mengedepankan ego pribadi juga bisa jadi penyebab kecelakaan dalam pendakian.

“Ego sangat bisa keluar saat kita sedang naik gunung. Pokoknya gua mau sampe puncak bodo amat lah ada badai ada apa, sotoy (sok tau) itu masih bener-bener ada di pendaki baik muda maupun tua,” ujarnya.

Menurutnya ego semacam ini sangat berpotensi mencelakakan diri sendiri dan orang lain.

Pendaki Gunung Rinjani yang sempat terjebak longsor akibat gempa bumi, Erlyn Halimatusyadiah, mendapatkan perawatan medis setelah berhasil dievakuasi, di Lapangan Sembalun Lawang, Lombok Timur, NTB, Selasa (31/7/2018). Tiga orang pendaki yang terjebak akibat gempa berhasil dievakuasi menggunakan helikopter.ANTARA FOTO/AKBAR NUGROHO GUMAY Pendaki Gunung Rinjani yang sempat terjebak longsor akibat gempa bumi, Erlyn Halimatusyadiah, mendapatkan perawatan medis setelah berhasil dievakuasi, di Lapangan Sembalun Lawang, Lombok Timur, NTB, Selasa (31/7/2018). Tiga orang pendaki yang terjebak akibat gempa berhasil dievakuasi menggunakan helikopter.

4. Perlengkapan seadanya

Perlengkapan pendakian yang tak memenuhi standar menurut Pendaki Cilik 7 Summit of Indonesia Khansa juga merupakan faktor penyebab kecelakaan. Menurutnya, mendaki gunung adalah olah raga ekstrim sehingga memerlukan berbagai perlengkapan yang memadahi.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com