KOMPAS.com – Berada di balik megahnya Gedung Jaya di Jalan Thamrin, Jakarta Pusat, Jaya Pub “bersembunyi”. Sejak lima tahun lalu, pub tertua di Jakarta ini telah berpindah lokasi. Sebelumnya Jaya Pub berada di dekat Sungai Cideng tepatnya di sisi timur Gedung Jaya, lebih dekat dengan jalan raya.
Kami membuka sebuah pintu kaca berwarna gelap. Di sana tertempel beragam peraturan bagi pengunjung : “no weapons (dilarang membawa senjata), no drugs (dilarang membawa narkoba), no fighting (dilarang berkelahi), no flip flops (dilarang memakai sandal jepit), no public nudity (dilarang telanjang di muka umum).”
Setelah pintu dibuka, ada sebuah tangga menuju pintu masuk pub. Di sisi kanan dan kiri tangga kami melihat beragam foto lawas mulai dari foto personel The Beatels yang tengah menyeberang di zebra cross Abbey Road hingga foto-foto musisi reggae berkebangsaan Jamaika, Bob Marley.
Wirda, seorang pelayan yang telah bekerja selama 30 tahun di Jaya Pub mengatakan, lukisan-lukisan tersebut adalah koleksi pribadi pemilik pub, artis senior Frans Tumbuan yang juga merupakan suami penyanyi senior Rima Melati.
Malam itu Wirda menggunakan kemeja putih lengan panjang yang dilapisi rompi berwarna hitam. Ia memadukan pakaiannya itu dengan celana warna hitam dan sepatu pantofel. Tak lupa selembar celemek warna hitam melingkar di pinggangnya.
“Kata bos ini seragam ala pelayan pub Eropa. Dari dulu seragamnya ya tetap seperti ini, tidak pernah ganti model walaupun kalau zaman sekarang kan pelayan pub udah pada pakai rok mini,” ujar Wirda.
Di atas meja setangkai mawar palsu yang mulai tertutup debu terpasang di sebuah vas kaca. Kemudian asbak, sendok, hingga pisau disusun dengan rapi di sekitar vas bunga.
Dinding hingga lantai pub dilapisi dengan kayu. Kemudian di dinding pub terpasang cermin yang dihiasi berbagai tulisan epik.
Suasana di dalam pub remang-remang. Sejumlah lampu berwarna terpasang di atas panggung utama yang akan digunakan group band melantunan lagu-lagu kenangan.
Kemudian di salah satu sudut pub sebuah meja biliar yang dapat digunakan para pengunjung untuk mengisi malam.
Alunan musik jazz terdengar begitu merdu, serasi dengan ambience ala 70-an yang terasa tak dibuat-buat.
“Suasana di pub ini masi sama dengan 44 tahun yang lalu saat Jaya Pub baru dibangun. Perabotannya masih sama seperti yang dulu. Jadi Pub ini tidak seperti zaman sekarang yang didekor ala 70-an. Tapi Jaya Pub memang begini suasananya dari dulu,” papar Wirda.