Share this page

Mengenal Pajam, Desa Tertua Perajin Tenun Wakatobi

Kompas.com - 19/Apr/2019 , 14:34 WIB

Mengenal Pajam, Desa Tertua Perajin Tenun Wakatobi

KOMPAS.com-Namanya Desa Pajam. Desa ini adalah penghasil kerajinan tangan yang dipelajari secara turun menurun. Awalnya menjadi bekal berkeluarga gadis-gadis Palea, kini kain-kain tenun berearna cerah itu jadi cindera mata eksotik dari Wakatobi.

Sebagai informasi, Pajam adalah salah satu desa tertua yang juga diyakini masyarakat setempat sebagai asal muasal cerita dan peradaban Kerajaan Kaledupa di wilayah Pulau Kaledupa, Kabupaten Wakatobi

Desa Pajam berada di are yang sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan dataran-dataran di sekelilingnya. Wilayah ini juga dikenal dengan kawasan Benteng Palea yang merupakan salah satu obyek wisata paling sering dikunjungi oleh wisatawan ketika melancong ke Pulau Kaledupa.

Di dalam kawasan Benteng Palea inilah budaya tenun khas kaledupa hidup dan lestari secara turun temurun. Karena kelestariannya, pemerintah menetapkan Desa Pajam sebagai pusat kerajinan tenun atau Weaving Handicraft Center yang menjadi salah satu kawasan ecotourism andalan Wakatobi.

Bekal berkeluarga

Penenun di Desa Pajam menguasai keterampilannya secara turun-temurun. Konon, gadis-gadis Desa Palea dulu haruslah mewarisi keterampilan tenun sebagai bekal bagi mereka jika berkeluarga kelak.

Oleh karena itu, jelang pernikahan atau pada usia 20 tahunan, biasanya gadis di Desa Pajam belajar menenun dengan ibunya.

Gadis di Desa Pajam belajar menenun secara turun-temurun untuk bekal berkeluarga.https://pesona.travel Gadis di Desa Pajam belajar menenun secara turun-temurun untuk bekal berkeluarga.

Tenun Wakatobi dikerjakan secara manual dalam 3 tahapan. Pertama, Purunga atau proses menggulung benang. Selanjutnya, Oluri, yaitu menggulung benang di atas papan, dan yang terakhir adalah proses menenun. 

Proses menenun hingga menjadi selembar kain atau sarung bisa memakan waktu kurang lebih 1 minggu. 

Hasil dari tenunan mereka rata-rata di jual sebagai oleh-oleh buat wisatawan atau untuk dipakai sendiri pada acara-acara adat di kampung mereka. Harga yang ditawarkan dari kain tenun khas Kaledupa ini berkisar dari Rp 300.000 hingga jutaan rupiah, tergantung dari motif dan jenis tenunnya. 

Baca juga artikel lainnya tentang Sulawesi Utara:

Tomohon, Danau Tiga Warna dan Kebun Bunga

Pulau Sara Besar, Dijuluki ‘Surga’ di Ujung Indonesia

Gunung Lokon, Gunung Berapi Aktif di Sulawesi Utara

Selain Sulawesi Utara, Indonesia masih punya banyak destinasi lain yang sayang kalau dilewatkan. Semuanya dirangkum dalam Pesona Indonesia.

KOMENTAR

Lihat Keajaiban Lainnya