Share this page

Menikmati Alahan Panjang, Perkebunan Teh Warisan Kolonial

Kompas.com - 22/Apr/2019 , 14:34 WIB

Menikmati Alahan Panjang, Perkebunan Teh Warisan Kolonial

KOMPAS.com – Kabut jelas kentara pada perkebunan teh yang terhampar luas di perkebunan Alahan Panjang. Pada pucuk daun, tersisa titik air, embun yang begitu sejuk.

Lingkungan sekitar perkeunan masih sangat natural. Kadang sisa kabut bahkan dapat dinikmati hingga siang atau sore hari.

Inilah Perkebunan Teh Alahan Panjang. Atmosfernya begitu eksotik dimana nuansa hijau dominan di tambah dengan warung-warung kopi pinggiran yang menguarkan aroma, baik dari minuman maupun panggangan jagung pesanan pengunjung.

Di sini, perempuan yang memetik pucuk daun teh jadi pemandangan jamak. Itulah rutinitas mereka.

Teh, memang menjadi salah satu motor perekonomian masyarakat di sini. Bukanhanya baru-baru ini, perkebunan teh ternyata merupakan warisan bangsa kolonial. Sudah ada sejak 1928.

Rebutan Belanda-Jerman

Pada masa lalu, wilayah perkebunan teh menjadi lahan yang diperebutkan oleh orang Belanda dan Jerman. Undang-undang agraria tentang aturan penanaman modal oleh investor juga berdampak sampai ke Alahan Panjang, Solok, Sumatera Barat.

Pada akhirnya, daerah yang merupakan onderaafdeling (setingkat kecamatan) dari Kerinci tersebut sebagian besarnya dikelola oleh Belanda.

Di bawah kendali Handelsvereenigmg Amsterdam (H.V.A.), yang berpusat di Kayu Aro, Kerinci, lahan tersebut sebagian besar ditamani teh.

Orang Jerman juga mendapatkan sedikit wilayah dari perebutan tersebut, tepatnya di daerah Akar Gadang, sekitar 16 kilometer dari Alahan Panjang. Lahan seluas 82 hektar teh kemudian ditanami dengan teh.

Untuk tempat tinggal, mereka membangun villa di puncak bukit pada tengah perkebunan tersebut. Sejenak, barangkali tanah kelahiran menjadi terlupakan. 

Waktu bergulir. Saat ini, perkebunan teh di Alahan Panjang dikelola oleh pemerintah di bawah PT Perkebunan Nusantara. Masyarakat sekitar masih melakukan rutinitas yang sudah hampir seabad lamanya mereka tekuni, memetik teh.

Tidak dipungkiri, waktu seolah berjalan lambat di sini. Jika dilihat dari berbagai foto dan lukisan yang diabadikan oleh fotografer Eropa di masa lalu, wajah perkebunan teh Alahan Panjang tidak berubah jauh.

Alahan Panjang masih dihiasi bukit-bukit bergelombang dengan hamparan kebun teh yang seperti tikar beludru hijau jika dilihat dari kejauhan.

Alangkah menyenangkan ketika melewati daerah ini. Pengunjung dapat berhenti sejenak sambil menikmati hijaunya kebun teh yang terhampar, sambil menyeruput kopi panas dan menikmati jagung bakar yang ditawarkan di warung-warung di pinggir jalan. Sejenak melupakan kepenatan.

Artikel lain mengenai Sumatera Barat bisa dibaca di sini:

Mentawai, Surga Selancar dan Budaya Purba

Pariaman, Kota Tabuik yang Membuat Lena

Tato, Identitas dan Pancaran Roh Orang Mentawai

ada banyak destinasi lainnya di Indonesia yang tak kalah menarik. Telusuri informasinya dalam Pesona Indonesia.

KOMENTAR

Lihat Keajaiban Lainnya