Share this page

Topi Bulu Burung Ruai, Keindahan dan Romantisme Dayak

Kompas.com - 24/Apr/2019 , 17:33 WIB

Topi Bulu Burung Ruai, Keindahan dan Romantisme Dayak

KOMPAS.com – Selain Mandau, Suku Dayak juga identik identik dengan topi khas. Topi ini biasanya juga dilengkapi dengan hiasan helaian bulu burung Ruai.

Burung Ruai merupakan sejenis burung merak yang hidup di daerah hulu Kapuas. Burung itu, hanya  ditemukan di rimba dalam yang masih asri. Saat ini, keberadaannya sudah sulit ditemukan. Selain diburu, burung ini juga terhimpit akibat habitatnya karena kerusakan hutan.

Penggunaan bulu burung ruai pada pakaian dan topi adat Dayak memiliki makna keindahan. Burung Ruai dikenal sebagai burung yang sangat lincah, elok, dan menawan. Pola lincahnya mengingatkan orang Dayak akan kelincahan nenek moyang mereka dalam menjaga dan melestarikan keharmonisan alam.

Kecantikan Perempuan Dayak

Burung Ruai juga memiliki perawakan yang indah. Hal ini dianalogikan sebagai kecantikan perempuan dayak.

Sampai-sampai keindahan burung Ruai dipakai sebagai istilah sata merayu gadis muda Suku Dayak. Mereka biasanya dipuji dengan bahasa “Buok kau saja macamp langai Ruai”. Artinya, rambutmu indah bagaikan ekor burung rua.

Pakaian adat Dayak pada dasarnya banyak macam yang menggunakan bulu burung ruai sebagai penghias.

Salah satunya dipakai oleh sub suku Dayak Salako. Sebagai pelengkap pakaian, mereka memakai biusuk, yaitu gelang tangan dan gelang kaki. aksesoris itu akan dipakai lengkap dengan kapuak—penutup aurat laki Suku Dayak Salako dan celana untuk kaum perempuan.

Lalu, ada pula kandit—ikat pinggang—, ikat kepala warna merah untuk kaum laki-laki, dan kedung merah untuk kaum perempuan. Nah seluruh pakaian itu tak akan lengkap tanpa topi dengan paruh burung Enggang yang menjadi ciri khas Suku dayak Salako.

Lalu, bulu burung Ruai dipakai sebagai pemanis yang diselipkan pada ikat kepala.  Busana Dayak Salako ini dikreasikan sedemikian rupa untuk memperkaya budaya Dayak Salako. Biasanya dipakai pada acara adat kebesaran.

Ikat kepala dan topi serta bulu ekor burung Ruai menjadi ciri khas Dayak Salako yang dikreasikan dengan memberikan buah dari pohon ipuh yang dirangkai satu per satu menjadi manik-manik yang menghiasi setiap baju adat Dayak Salako.

Selain busana Dayak Salako, bulu burung ruai juga menghiasi busana masyarakat Dayak Taman. Bulu burung Ruai dipakai pada penghias kepala rambut perempuan. Biasanya disebut tengkulas yang dibuat dari kain dengan motif kembang-kembang, garis-garis diagonal dan horizontal berbentuk wajik, atau batik. Lalu biasanya dibuat dengan warna mencolok, yakni merah, hitam, atau kuning.

Jika tengkulas itu sepenuhnya dibuat dari anyaman untaian manik-manik disebut indulu manik. Pada tengkulas atau indulu manik inilah ditambahkan bulu burung ruai.

Begitu juga pada pria di suku itu. Topinya dikenal dengan nama kambu manik dan kambu pirak.

Kambu manik dibuat dari jalinan serat sejenis pohon pandan, atau semacam rumput, atau dari rotan yang diserit tipis clan pipih lalu dianyam menjadi bentuk topi. Ada pula tambahan untaian manik sepenuh bidang kambu.

Pada kambu pirak, agar jadi indah biasanya ditambahkan bulu burung Ruai.

Baca juga artikel lainnya mengenai Kalimantan berikut ini:

Berau, Berenang Bersama Hiu Tutul dan Ubur-ubur

Palangka Raya, Kota Terbesar di Indonesia Siap Jadi Primadona Wisata

Wisata Flora-Fauna Langka di Tanah Borneo

 Indonesia punya banyak destinasi wisata lain yang sayang kalau dilewatkan. Cek informasinya dalam Pesona Indonesia.

KOMENTAR

Lihat Keajaiban Lainnya