Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
KILAS

Pariwisata Berkembang Pesat, Arief Yahya Dinobatkan Jadi Menteri Berprestasi

Kompas.com - 26/04/2019, 16:51 WIB
Anissa DW,
Mikhael Gewati

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya dinobatkan sebagai salah satu menteri berprestasi tinggi dalam Kabinet Kerja 2014-2019 di ajang Penghargaan Prestasi Tinggi Kabinet Kerja.

Lembaga Kajian Nusantara (LKN) bersama Ikatan Ahli Manajemen Proyek Indonesia (IAMPI) memberikan penghargaan tersebut kepada Arief atas prestasinya dalam mengembangkan pariwisata nasional dalam empat tahun terakhir.

Ketua LKN Samsul Hadi mengatakan, pertimbangan dipilihnya Arief Yahya sebagai menteri berprestasi tinggi dipengaruhi oleh beberapa indikator. Pertama, devisa sektor pariwisata yang terus naik dari tahun ke tahun.

Kedua, sektor pariwisata yang berkembang semakin besar menciptakan banyak kesempatan kerja yang menggerakan ekonomi lokal.

Selain itu, hingga September 2018 pencapaian prestasi Destinasi Pariwisata Prioritas telah melampui target.

“Prestasi lainnya adalah daya saing pariwisata Indonesia terus membaik selama 4 tahun terakhir dan tentu saja memberikan kontribusi positif pada penerimaan devisa negara yang mendorong kualitas investasi menjadi lebih baik,” kata Samsul.

Prestasi sektor pariwisata

Menpar menjelaskan, pertumbuhan pariwisata Indonesia dalam beberapa tahun terakhir mencapai 25,68 persen, sedangkan kawasan Asean hanya tumbuh 7 persen, dan di dunia hanya 6 persen.

Menteri Pariwisata Arief Yahya dinobatkan sebagai salah satu menteri berprestasi tinggi karena prestasinya dalam mengembangkan pariwisata nasional dalam empat tahun terakhir.Dok. Humas Kementerian Pariwisata RI Menteri Pariwisata Arief Yahya dinobatkan sebagai salah satu menteri berprestasi tinggi karena prestasinya dalam mengembangkan pariwisata nasional dalam empat tahun terakhir.

Sementara itu, indeks daya saing pariwisata indonesia menurut World Economy Forum (WEF) juga menunjukkan perkembangan menggembirakan, yakni naik 8 poin.

Jika pada 2015 berada di peringkat 50 dunia, pada 2017 melonjak menjadi peringkat 42. Sedangkan, di 2019 Indonesia menargetkan dapat naik ke rangking 30 dunia.

Terkait devisa, sumbangan dari sektor pariwisata terus meingkat setiap tahunnya. Pada 2015 tercatat pariwisata menyumbang 12,2 miliar dollar Amerika Serikat (AS). Kemudian, tahun 2016 naik menjadi 13,6 miliar dollar AS dan tahun 2017 menjadi 15 miliar dollar AS.

Pada 2018, perolehan devisa pariwisata diproyeksikan sebesar 17,6 miliar dollar AS. Dengan perhitungan capaian 16,2 juta wisman dikalikan aspa (avarage spending per-arrival) atau rata-rata pengeluaran per kunjungan sebesar 1.100 dollar AS per wisatawan manacanegara.

“Perolehan devisa pariwisata tahun ini akan menempatkan posisi pariwisata sebagai penghasil devisa terbesar, mengalahkan atau sejajar dengan devisa crude palm oil (CPO) sebesar 16 miliar dollar AS berada di urutan teratas,” terang Arief.

Sementara itu, Ketua Pelaksana Penghargaan Prestasi Tinggi Kabinet Kerja 2014-2019 Darma Tyanto Saptodewo menjelaskan, pemberian penghargaan tersebut dilakukan untuk mendorong dan meningkatkan keselarasan antara kementerian dan lembaga dalam mewujudkan ketercapaian tujuan pembangunan nasional.

“IAMPI menginginkan agar dana masyarakat digunakan untuk kegiatan yang mempunyai manfaat besar bagi masyarakat dan dikelola secara efisien dan efektif,” kata pria yang juga menjabat sebagai Wakil Ketua IAMPI.

Sebagai informasi, pada penghargaan yang digelar di Suhana Hall, The Energy Building Jakarta, Rabu (24/4/2019) itu, terdapat 4 menteri lain yang memperoleh penghargaan serupa.

Mereka adalah Menteri PUPR Basuki Hadi Muljono, Menteri Keuangan Sri Mulayani Indrawati, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi, dan Menteri ESDM Ignasius Jonan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com