Share this page

Mengenal Kepulauan Fam, Si “Raja Ampat Kecil“

Kompas.com - 10/May/2019 , 05:21 WIB

Mengenal Kepulauan Fam, Si “Raja Ampat Kecil“

KOMPAS.com - Masyarakat adat Kepulauan Fam, Distrik Waigeo Barat Kepulauan Kabupaten Raja Ampat mendeklarasikan wilayahnya sebagai kawasan konservasi laut. Kawasan ini dilindungi dari berbagai tindakan dan penangkapan ikan secara liar atau ilegal.

Sebab, dari historinya, area konservasi tersebut muncul berkat kesepakatan masyarakat adat Kampung Fam, Masyarakat Adat Kampung Saupapir dan Masyarakat Adat Kampung Saukabu-Distrik Waigeo Barat di Kepulauan Raja Ampat.

Ketiga masyarakat adat kampung tersebut menyepakati kawasan tersebut sebagai Kawasan Konservasi yang akan dikelola masyarakat dengan dua zona. 

Pertama, zona pemanfaatan tanpa penangkapan ikan yaitu sekitar gugusan kepulauan Painemo dan Pulau Bambu.

Kedua, zona yang tetap dimanfaatkan sebagai wilayah penangkapan ikan tanpa menggunakan peralatan yang merusak. Maksudnya boleh melakukan penangkapan ikan, tetapi dikelola secara tradisional.

Pulau Meoskor sendiri merupakan salah satu pulau dalam gugusan Kepulauan Fam sebagai kawasan konservasi adat masyarakat yang membentang dari Pulau Painemu hingga ke Pulau Bambu dengan luas mencapai 36.000 hektare.

Kepulauan Fam dapat julukan sebagai Raja Ampat Kecil.https://pesona.travel Kepulauan Fam dapat julukan sebagai Raja Ampat Kecil.

Salah satu keindahan kepulauan Fam, atau Pam menurut dialek lokal, adalah Pianemo atau Pyai Nemo menurut dialek lokal.

Kawasan itu memiliki gugusan pulau-pulau karst yang indah—sering disebut sebagai Wayag kecil—adalah bagian dari Kepulauan Fam.

Ada tiga kampung di kepulauan tersebut, yakni yang berada di Distrik Waigeo Barat, Kampung Pam yang berada di Pulau Pam Kecil, dan Kampung Saukabu serta Saupapir berada di Pulau Pam Besar atau “Pam Bemuk” menurut bahasa setempat.

Selain kedua Pulau tersebut, di Kepulauan Fam terdapat setidaknya 18 pulau lainnya yang tidak berpenghuni.

Kepulauan Fam berada di pesisir Raja Ampat, secara alamiah memiliki kemungkinan lebih besar untuk berinteraksi dengan pendatang, dan mendorong proses akulturasi, yang pada titik tertentu akan menghasilkan suatu ‘sintesa’ budaya yang unik.

Hampir seluruh masyarakat di Kepulauan Fam merupakan pelaut-pelaut dari Biak-Serui, sebuah wilayah  di bawah petuanan Seireri, yang telah mendiami gugusan kepulauan di sana selama ratusan tahun, dan haknya telah diakui secara terbatas oleh Suku Maya—yang pada 2000 telah membentuk sebuah Dewan Adat atau suku asli pemilik hak ulayat seluruh wilayah Raja Ampat.

Saat ini, setidaknya ada 12 situs penyelaman di Kepulauan Fam, yang umum diketahui di kalangan penyelam.

Kepulauan Fam.https://pesona.travel/ Kepulauan Fam.

 

Salah satu keistimewaan situs penyelaman di Kepulauan Fam adalah seekor Pari Manta. Dalam hal keanekaragaman hayati, Kepulauan Fam memiliki nilai ekologis yang tinggi.

Dari perspektif keterwakilan habitat, secara sederhana wilayah Kepulauan ‘mini’ ini dapat dikatakan sebagai representasi habitat dan ekosistem dari seluruh Raja Ampat, yang mencakup pulau karst, laguna, terumbu karang tepi, terumbu karang dalam, hutan bakau, hingga padang lamun.

Melalui sudut pandang tersebut, Kepulauan Fam dapat dikatakan sebagai ‘Raja Ampat kecil.’

Pada 2013 seorang peneliti mencatat sebanyak 707 spesies ikan hidup di perairan Kepulauan Fam.

Baca artikel seru lainnya tentang Papua berikut:

Bertemu Jokowi di Air Terjun Karmon Biak

Pasar Bosnik, Pasar Eksotik di Pantai Timur Biak

Sentani, Kedamaian Kota Kecil di Tepi Danau

Cari informasi lainnya mengenai destinasi wisata lain di Indonesia. Temukan ceritanya dalam Pesona Indonesia.

KOMENTAR

Lihat Keajaiban Lainnya