Share this page

Sisi Lain Madura, Ladang Garam Terbesar di Asia Tenggara

Kompas.com - 21/May/2019 , 16:29 WIB

Sisi Lain Madura, Ladang Garam Terbesar di Asia Tenggara

KOMPAS.com - Selama 500 tahun, Madura dikenal sebagai penghasil ladang garam tradisional di Asia Tenggara.

Selama lebih dari 500 tahun posisi puncaknya masih belum tergeser, sehingga pulau yang menjadi bagian dari Provinsi Jawa Timur ini identik dengan sebutan Pulau Garam.

Di sana, ada lebih dari 15.000 hektar ladang yang berproduksi mengandalkan sinar matahari.

Saat ini, prduksi garam secara tradisional di Madura merupakan yang terbesar se Asia Tenggara.

Awal sejarah

Konon, munculnya petambak garam di Madura berawal pada abad ke-15 saat para prajurit kerajaan di Bali menyerang Pulau Madura.

Saat itu, prajurit Bali kalah dari prajurit Madura. Kemudian, karena terdesak akhirnya mereka meminta pengampunan.

Di antara pemimpin prajurit Bali yang terdesak tersebut, salah satunya bernama Anggasuto.

Anggasuto inilah yang pertama kali memiliki gagasan  mengkristalisasi air laut untuk dijadikan butir-butir garam dengan memanfaatkan lahan di pinggir pantai dan sinar matahari yang menyengat.

Sejak dulu, garam memang menjadi salah satu bumbu dapur yang potensial maka usaha mengeringkan air laut ini akhirnya menjadi lahan bisnis sampai sekarang.

Lahan yang dijadikan sebagai tambak garam di Madura terletak di pantai selatan  Kabupaten Sampang, Pamekasan dan Sumenep. Lahannya terbagi dalam petak-petak sebanyak 4.572 petak. Dari masing-masing petak bisa dihasilkan sedikitnya 10 ton garam selama satu periode, dengan masa panen sejak air dialirkan adalah 28-30 hari.

Proses pembuatan garam secara tradisional prinsinya sangat mudah. Air laut yang telah diendapkan dan dibersihkan dari lumpur, dialirkan ke dalam petak-petak yang telah disiapkan.

Setelah kurang lebih berumur 28-30 hari, air laut akan mengering dan tinggal garam yang masih bercampur sedikit air. Setelah benar-benar mengkristal dalam rentang waktu itu, maka garam sudah siap untuk dipanen.

Biasanya proses produksinya dilakukan pada bulan April. Butiran garam yang baru diangkat dari petakan tambak belum benar-benar kering.

Oleh karena itu, garam yang sudah dipanen masih harus dipanaskan lagi di bawah terik matahari serta dianginkan melalui embusan angin pantai sekitar 4-10 hari.

Proses pembuatannya juga 100 persen menggunakan bantuan alam yaitu cahaya matahari dan angin sebagai energi utama.

Cahaya matahari dipergunakan untuk menguapkan air laut senghingga tinggal tersisa kristal-kristal garam, sedangkan angin dengan bantuan kincir angin dipergunakan untuk memompa air masuk ke lokasi tambak.

Artikel seru lainnya tentang Madura:

Bukit Jaddih, Berwisata di Sisa Tambang Kapur Madura

Aeng Tong-Tong, Kampung Mpu Keris Madura

Cake, Cap Cay Racikan Madura

Temukan sisi lain dari ragam destinasi wisata di Indonesia. Telusuri informasinya lewat Pesona Indonesia.

KOMENTAR

Lihat Keajaiban Lainnya