Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sejak Kapan Masyarakat Nusantara Mengenal Budaya Meracik Sambal?

Kompas.com - 16/06/2019, 16:13 WIB
Sherly Puspita,
Sri Anindiati Nursastri

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Sambal kini telah menjadi salah satu ciri khas kuliner Indonesia. Sambal dengan beragam variasi dapat dengan mudah ditemukan di berbagai daerah di Indonesia.

Saking gemarnya mengonsumsi sambal, masyarkat Indonesia kemudian membuat ungkapan “makan tak lengkap rasanya jika tanpa sambal”.

Menurut sejarah, cabai yang kita kenal sekarang berasal dari tanaman genus Capsicum. Menurut Sejarawan Kuliner, Fadly Rahman, meski telah melekat sebagai bahan pokok kuliner Indonesia, ternyata cabai bukanlah tanaman asli Indonesia.

 “Si pedas ini (cabai) mulanya berasal dari Benua Amerika dan dibawa masuk bersama sekitar 2000-an jenis tumbuhan lainnya pada abad ke-16 oleh para pelaut Portugis dan Spanyol ke Asia Tenggara. Di Benua Amerika dan lalu diserap ke dalam kosakata Inggris, cabai sendiri disebut dengan nama chili,” kata Fadly.

Baca juga: 5 Fakta Seputar Cabai yang Perlu Kamu Tahu

Pada mulanya, masyarakat nusantara mengkonsumsi cabai tanpa mengolahnya terlebih dahulu menjadi sambal. Lalu kapan masyarakat Nusantara mulai mengenal budaya meracik sambal?

"Kalau kita perhatikan, karakteristik bahan-bahan untuk membuat sambal seperti menggunakan bawang merah, bawang putih, kemudian terasi, garam, kencur, kadang ditambahkan gula ini ada lapisan-lapisan waktu. Seperti pengaruh bawang merah dan putih itu ada pengaruh dari India dan China yang kemudian melokal jadi bagian dari kita,” kata Fadly.

Fadly melanjutkan, hanya kencur, garam, dan terasi yang merupakan hasil bumi asli Nusantara yang kemudian ikut ditambahkan dalam berbagai jenis racikan sambal.

“Jadi kalau dilihat itu di dalamnya beberapa perpaduan yang dihasilkan dari hasil bumi Indonesia, terus kemudian terpengaruh dari bahan-bahan dari China dan India yang masuk. Lalu nanti di abad ke 15 dan 16 muncul cabai dari benua Amerika yang diterima juga oleh kita,” paparnya.

Ilustrasi cabaiKOMPAS/Alif Ichwan Ilustrasi cabai

Pertama kali mengenal istilah sambal

Fadly mengatakan, meski menjadi salah satu ciri khas kuliner Indonesia, istilah sambal ternyata bukan berasal dari Indonesia.

“Kalau secara terminologi, dari linguistik, sambal ini sebenarnya tidak diadopsi dari bahasa Jawa atau Bali. Tapi lebih ke Bahasa Melayu. Jadi penggunaan kata sambal sendiri kemungkinan secara terminologi dari kosa kata bahasa Melayu. Pada masa lalu interaksi dagang antara orang melayu, orang Jawa mengadopsi,” papar Fadly.

Yang disebut sambal saat itu merupakan olahan bahan-bahan penghasil rasa pedas. Maka tak heran jika di generasi awal, masyarakat Nusantara tak menggunakan cabai sebagai bahan pembuatan sambal, melainkan jahe.

Baca juga: Bukan Cabai, Sambal Pertama di Nusantara Terbuat dari Jahe

Barulah sekitar abad ke-19 masyarakat Nusantara mengenal sambal seperti yang kita kenal saat ini.

Ada berbagai jenis sambal yang dicatat dalam catatan orang-orang Eropa di abad 18 hingga 19 sampai awal-awal 20. Dan jenis-jenis sambal ini memang tidak sekompleks sekarang ya. Kalau pada masa lalu yang paling terkenal itu adalah sambal bajak, sambal boang terus sambel goreng, sambal mentah, yang sederhana-sederhana,” lanjut Fadly.

Seiring berjalannya waktu, setiap daerah di nusantara memodifikasi sambal yang dikombinasikan dengan hasil alam khas daerahnya sendiri-sendiri. “Seperti di Jawa itu ada sambal kluwak. Jadi setiap daerah itu disesuaikan dengan bahan makannya masing-masing,” pungkasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com