Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ragam Moda Transportasi "Jadul" di Jakarta dari Masa ke Masa

Kompas.com - 23/06/2019, 08:07 WIB
Nur Rohmi Aida,
Sri Anindiati Nursastri

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Dari tahun ke tahun, tampaknya masalah kemacetan Jakarta tak kunjung usai. Fenomena macetnya Kota Jakarta ini bahkan sudah terlihat sejak tahun 1965. 

Hal ini seperti yang diceritakan dalam sebuah surat kabar Kompas terbitan tahun 1965, yang menunjukkan bahwas kemacetan sudah terekam sejak tahun itu. Dalam berita tersebut diceritakan bagaimana gerak mobil hanya berkisar 16 km per jamnya.

Beragam usaha untuk mengurangi kemacetan Kota Jakarta sejatinya sudah dilakukan sejak dari zaman dahulu. Seperti adanya pelarangan serta penggantian alternatif transportasi yang terus diupayakan.

Tak heran, jika kemudian Jakarta memiliki cukup banyak jenis moda transportasi beragam dari masa ke masa. Kini sebagain moda transportasi tersebut masih ada, tapi beberapa sudah tak lagi eksis. Apa saja? Yuk simak!

1. Becak

Calon presiden nomor urut 01 Joko Widodo melakukan kampanye terbuka di Makassar, Sulawesi Selatan, Minggu (31/3/2019). KOMPAS.com/ IHSANUDDIN Calon presiden nomor urut 01 Joko Widodo melakukan kampanye terbuka di Makassar, Sulawesi Selatan, Minggu (31/3/2019).

Becak merupakan kendaraan roda tiga yang dikayuh oleh manusia. Tahukah Kamu kalau bentuk becak dan kata becak (betjak) yang kita kenal berasal dari Tiongkok, dimana bee (kuda) dan tja (gerobak) atau berarti kuda gerobak.

Becak masuk ke Indonesia pertama kali pada awal abad ke-20 untuk keperluan pedagang Tionghoa mengangkut barang.

Menurut Star Weekly, tahun 1940 becak mulai digunakan sebagai kendaraan umum.

Meski pernah menjadi sarana transportasi favorit, seiring perkembangannya becak dinilai menjadi biang keladi ketidaktertiban lalu lintas, dan becak dianggap sebagai cermin eksploitasi manusia atas manusia.

Peraturan Daerah DKI Jakarta tentang Pola Dasar dan Rencana Induk Jakarta Tahun 1965-1985 tidak lagi mengakui becak sebagai angkutan umum. 

Pada tahun 1967 Gubernur Ali Sadikin merintis penghapusan becak. Perlahan pemakaian becak dikurangi di pusat-pusat kota. Tiga tahun kemudian dia mengeluarkan instruksi yang melarang produksi dan pemasukan becak ke Jakarta.

Meski begitu, becak masih bisa ditemui hingga hari ini. Biarpun dianggap biang kemacetan, becak merupakan sarana transportasi ramah lingkungan dan  memiliki nilai unik tersendiri dipandang dari sisi wisata.


2. Bemo, Mobet, Helicak dan Mebea

Pak Sutino (58) berdiri di samping bemonya saat menjajakkan makanan dan minuman sekaligus perpustakaan keliling di Bawah Kolong Jalan Fly Over Sudirman Karet, Jakarta, Jumat (7/12/2018). Pak Sutino (58) adalah sopir bemo yang merintis bemo tuanya menjadi perpustakaan keliling bagi anak-anak sejak tahun 2013.KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG Pak Sutino (58) berdiri di samping bemonya saat menjajakkan makanan dan minuman sekaligus perpustakaan keliling di Bawah Kolong Jalan Fly Over Sudirman Karet, Jakarta, Jumat (7/12/2018). Pak Sutino (58) adalah sopir bemo yang merintis bemo tuanya menjadi perpustakaan keliling bagi anak-anak sejak tahun 2013.

Saat becak tak lagi dianggap sebagai angkutan umum, moda-moda angkutan baru pun diperkenalkan sebagai pengganti becak.

Beberapa di antaranya masih melekatkan nama becak, seperti bemo (becak mobil), mobet (motor betjcak), dan helicak (helikopter becak). Selain itu juga ada mebea yang bentuknya mirip dengan bajaj.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com