Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bagaimana Cara Agen Perjalanan Konvensional Menghadapi Gempuran Digital?

Kompas.com - 25/06/2019, 17:05 WIB
Silvita Agmasari,
Wahyu Adityo Prodjo

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Zaman digital membuat agen perjalanan online kedatangan pesaing baru yakni agen perjalanan online. Keduanya berusaha untuk merebut hati dan pundi para wisatawan.

"Online Travel Agent lebih straight forward (secara langsung) untuk jualan lebih murah. Jika retail (agen perjalanan konvensional) ingin mengadu harga dengan OTA agaknya sulit, tetapi mereka bisa meningkatkan human touch (interaksi manusia) memberi kepuasan lebih dan harga yang dijual dapat lebih tinggi," kata General Manager Amadeus Technology Indonesia Andy Yeow ditemui di kantor Amadeus, Jakarta, Senin (24/6/2019).

Agar dapat terus bertahan dan menarik bagi wisatawan, ada beberapa langkah yang disarankan oleh Amadeus, perusahaan penyedia teknologi untuk ekosistem travel.

Pertama adalah berinvestasi di sumber daya manusia untuk memberikan layanan yang lebih personal. Contohnya dengan bantuan langsung serta interaksi staf agen perjaalanan yang dapat membangun koneksi emosional pelanggan dan menyesuaikan penawaran sesuai kebutuhan pelanggan.

Kedua memanfaatkan berbagai kanal komunikasi yang saling mendukung. Sebab sesuai riset Jpurney of Me 2018 oleh Amedeus, ternyata wisatawan Indonesia tidak hanya dari satu kanal. Mereka tetap mencari paket wisata lewat online dan dari testimoni kenalan. Sehingga penting untuk menunjang dengan informasi online. 

Ketiga melakukan diversifikasi bisnis dengan menawarkan berbagai aktivitas di destinasi pariwisata. Tidak cuma tiket dan akomodasi, penjualan dapat lebih beragam dengan jasa tramakanan minuman, sovenir dan belanja. Diperkirakan 80 persen pengeluaran wisatawan Asia Pasifik dilakukan saat perjalanan wisata. 

Terakhir adalah menggunakan kemajuan teknologi untuk menginspirasi wisatawan. Contohnya menggunakan teknologi Augemented Reality (AR) dan Virtual Reality (VR) untuk menarik pelanggan mengetahui informasi destinasi. Intinya meninggalkan cara berjualan yang membosankan bagi konsumen. 

"Jika disimpulkan bagi retail (agen perjalanan konvensional) di Indonesia harusnya ada tiga, adopsi teknologi, berinvestasi pada sumber daya manusia, dan memiliki partner teknologi yang tepat," jelas Andy.

Andy menyarankan perubahan usia wisatawan dari generasi X ke generasi milenial juga menjadi alasan kuat untuk agen perjalanan mulai melakukan sesuatu.

Sebab lewat survei Amadeus, jumlah pengeluaran untuk liburan di Indonesia bertumbuh secara konsisten. Hal ini disebabkan pertumbuhan populasi kelas menengah dan harga tiket (khususnya luar negeri) yang semakin terjangkau.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com