Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

5 Fakta "Old Coal Mining" Sawahlunto, Nominasi Situs Warisan Dunia UNESCO

Kompas.com - 27/06/2019, 13:05 WIB
Nur Rohmi Aida,
Sri Anindiati Nursastri

Tim Redaksi

 

KOMPAS.com – Ombilin Coal Mining Heritage of Sawahlunto, Sumatera Barat, masuk dalam nominasi daftar Situs Warisan Dunia UNESCO tahun ini. Total ada 1.092 situs yang masuk nominasi, tersebar di 167 negara di dunia.

Baca juga: Kota di Indonesia Masuk Nominasi Situs Warisan Dunia UNESCO 2019

Nantinya, pengumuman destinasi yang masuk ke dalam daftar Situs Warisan Dunia akan diumumkan langsung oleh UNESCO pada 10 Juli 2019.

Dilansir dari situs resmi Kemendikbud, Kota Lama Tambang Batu Bara Sawahlunto sudah terdaftar dalam World Heritage UNESCO Tentative Lists pada tahun 2015 dan riwayat nominasinya sudah dimulai sejak tahun 2014.

Berikut beberapa fakta tentang Ombilin Coal Mining Heritage di Sawahlunto:

1. Tambang Batubara Tertua di Asia Tenggara. 

Sawahlunto dikenal sebagai situs tambang batu bara tertua di Asia Tenggara. Sawahlunto secara geografis terletak di lembah yang sempit di sepanjang pegunungan Bukit Barisan. Kota itu sendiri dikelilingi oleh beberapa bukit, yaitu Bukit Polan, Bukit Pari, dan Bukit Mato. 

Eksploitasi batu bara di Sawahlunto dilakukan sejak abad ke-19. Sejak itu, daerah pedesaan ini berkembang dan menjadi lokasi penambangan.

2. Kota Industri Pada Masanya

Dilansir dari situs resmi UNESCO, penambangan batu bara telah secara signifikan mengubah lanskap pedesaan Sawahlunto menjadi situs industri. Selama pengembangannya pada abad ke-19, perusahaan pertambangan merancang lokasi penambangan Sawahlunto menjadi lima kegiatan spasial: industri tambang batu bara, area komersial dan perdagangan, area pemukiman, wilayah administrasi, dan utilitas kesehatan.

Guna mendukung kegiatannya, Belanda membangun beberapa jaringan transportasi seperti membuat jaringan kereta api guna mengangkut batu bara dari Sawahlunto ke pantai barat Sumatera. 

Baca juga: 5 Fakta Seputar Sawahlunto yang Masuk Nominasi Situs Warisan Dunia

Pada tahun 1883, Hindia Belanda juga membangun Pelabuhan Emmahaven (dikenal sebagai Teluk Bayur) dan menjadi pelabuhan pengiriman untuk ekspor batu bara, menggunakan kapal uap SS Sawahlunto dan SS Ombilin-Nederland. 

Sementara pada tahun 1887-1892, mereka mulai membangun kereta api dari Pulau Air Padang ke Muaro Kalaban dan dari stasiun ini jalan menuju ke wilayah Sawahlunto.

3. Pernah Mempekerjakan para pekerja paksa

Ada sedikit cerita miris menyanyat hati di Sawahlunto. Dahulu para tahanan kriminal dan politik dari wilayah Jawa dan Sumatra dibawa kemari. Selama pengiriman ke Sawahlunto kaki, tangan dan leher mereka diikat.

Selanjutnya di Sawahlunto, mereka dipekerjakan sebagai kuli tambang batu bara dengan kaki, tangan, dan leher masih dirantai. Mereka dijuluki orang rantai atau ketingganger dalam bahasa Belanda.

4. Masih Terdapat Beberapa Peninggalan Asli

Di Komplek Tambang Batu Bara Ombilin, masih terdapat beberapa peninggalan asli seperti terowongan Mbah Soero, perumahan pekerja dan pekerja tambang (Tangsi Baru dan Tanah Lapang), pemfilteran batu bara, pabrik kereta api, kantor pemerintah, pemukiman, pemkot.

5. Mirip Dengan Pertambangan di Belgia

Salah satu situs pertambangan batubara yang memiliki kemiripan dengan Tambang Batu Bara Ombilin Sawahlunto adalah Major Mining Sites of Wallonia (Belgia).

Situs ini memiliki kesamaan dalam infrastruktur pertambangan dan perekrutan tenaga kerja. 

Sebagai situs tambang batu bara, Sawahlunto memiliki infrastruktur yang lengkap dan utuh dalam perencanaan dan struktur perkotaan, pengaruh gaya arsitektur, bentuk lahan, dan budaya.

Berdasarkan International Collieries Studies (ICOMOS), Sawahlunto memenuhi kategori kompleks tambang batu bara besar seperti Chatterley-Whitfield Colliery, Inggris dan Zollern 2-4 Colliery, Jerman.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com