Share this page

Menjelajah Situs Megalitik di Nias yang Berusia Ribuan Tahun

Kompas.com - 20/Aug/2019 , 18:45 WIB

Menjelajah Situs Megalitik di Nias yang Berusia Ribuan Tahun

KOMPAS.com - Boronadu merupakan desa terpencil di Gomo yang sering dijadikan tempat upacara adat Boronadu atau penyelesaian konflik pada kelompok yang sedang bermusuhan.

Gomo merupakan sebuah desa di Sumatera Utara, tepatnya di Kabupaten Nias. Wilayah Gomo sendiri cukup luas, yaitu sekitar 37,56 kilometer (km) persegi dan memiliki 11 kelurahan. Gomo dipecah menjadi 7 kecamatan dengan sejumlah tempat wisata serta beberapa situs megalitikum peninggalan para leluhur Suku Nias ribuan tahun lalu.

Di Kecamatan Gomo, Nias Selatan, Sobat Pesona bisa berkunjung ke Air Terjun Helaowo. Keunikan tempat wisata ini adalah karena memiliki dua tingkat air terjun dengan airnya yang jernih dan kehijauan. Debit Air Terjun Gelaowo juga amat deras sehingga butuh perjuangan untuk bisa naik ke atas air terjun.

Air Terjun Helaowo berjarak sekitar 106 km dari pusat Kota Gunungsitolo dengan waktu tempuh 2,5 jam perjalanan. Bagi Sobat Pesona yang suka kegiatan yang memicu adrenalin, cobalah melompat dari tebing setinggi 8 meter dengan kedalam air 4 meter yang siap "menyambut" kita.

Tak jauh dari ini, Sobat Pesona juga dapat melihat Situs Megalitik Boronadu. Situs ini diyakini sebagai asal mulanya para leluhur masyarakat Nias dari langit atau Ono Niha—manusia pertama Nias.

Boronadu merupakan desa terpencil di Gomo yang sering dijadikan tempat upacara adat Boronadu atau penyelesaian konflik pada kelompok yang sedang bermusuhan.

Dulu, kelompok dari beberapa suku di Nias sering berperang. Untuk itu, muncullah ritual Boronadu dengan cara mengalihkan konflik kelompok kepada patung-patung yang ada di sana. Patung-patung ini kemudian dilemparkan ke sungai, pertanda masalah sudah selesai. Bebatuan megalit ini sendiri diyakini sudah berusia antara 2500 hingga 5000 tahun lamanya.

Saat ini, Upacara Boronadu menjadi acara adat yang menarik wisatawan. Upacara ini diakhiri dengan penanaman pohon Fosi.

Selanjutnya juga ada Situs Megalit Tetegewo yang berada di Desa Tetegewo, Sub-distrik Sidua Ori. Di sini, Sobat Pesona bisa melihat rumah dan peradaban megalitikum yang masih hidup. Situs Tetegewo terdiri atas batu-batu berbagai bentuk dan ukuran.

Ada yang menyerupai tugu, bundar dan persegi. Batu-batu ini diyakini berasal dari Sungai Baho yang terletak 3 km dari lokasis situs. Sementara Batu Behu, yang bentuknya menyerupai tugu, menandakan pernah ada pesta besar-besaran di sini.

Situs Megalit di Nias.RICKY MARTIN Situs Megalit di Nias.

Batu berbentuk bundar, dulunya digunakan untuk menari saat pesta. Sementara batu berbentuk persegi adalah singgasana raja. Di bawah meja itu, terdapat semacam gua yang berfungsi sebagai penjara.

Situs Tetegewo diperkirakan berumur 5000 tahun lalu. Dalam sebuah penelitian, disebutkan bahwa Situs Tetegewo awalnya adalah sebuah kampung yang dibangun karena adanya perselisihan antara dua saudara. Sekitar 100 tahun lamanya, lokasi tersebut ditinggalkan oleh warganya. Mereka memilih untuk menetap di daerah yang lebih rendah agar lebih mudah mendapatkan air.

Tak jauh dari Situs Tetegewo, terdapat Air Terju Mondrowe di Desa Mondrowe. Air terjun ini memiliki ketinggian sekitar 25 meter dengan lebar hampir 20 meter. Air Terjun Mondrowe dikenal sebagai air terjun tertinggi dan terbesar di Nias.

Baca artikel lainnya:
Empat Fakta Desa Bawomataluo Milik Suku Nias

Pantai-Pantai Unik di Nias, Bisa Mengambang Tanpa Tenggelam

Situs Megalitik Pugung Raharjo, Benteng Hingga Batu Mayat

Telusuri sejarah Indonesia lewat alam dan peninggalannya. Bacacerita lain lewat Pesona Indonesia.

 

KOMENTAR

Lihat Keajaiban Lainnya