Share this page

Cerita dari Kain Tenun Wakatobi

Kompas.com - 2/Sep/2019 , 19:32 WIB

Cerita dari Kain Tenun Wakatobi


KOMPAS.com - Setiap daerah di Indonesia memiliki kain tenun khasnya sendiri, tak kecuali Wakatobi di Sulawesi Tenggara.

Keindahan kain tenun Wakatobi berasal dari para pengrajin yang masih memproduksi secara tradisional hingga hari ini.

Kebanyakan pengrajin kain tenun merupakan kelompok etnis Buton. Dulu, benang pada kain tenun terbuat dari kapas yang dipintal menjadi benang. Lalu, benang-benang ini diwarnai dengan pewarna alami.

Ciri khas tenun Wakatobi adalah pola garis-garis dengan berbagai warna. Motif garis-garis ini biasanya digunakan untuk para wanita. Sementara untuk pria, motif tenun umumnya kotak-kotak.

Salah satu desa tertua pembuat tenun Wakatobi berada di Pajam. Desa Pajam menjadi pusat kerajinan tenun atau Weaving Handicraft Center yang kemudian menjadi kawasan Ecotourism kebanggaan Wakatobi.

Perempuan dari Desa Pajam diajarkan menenun agar dapat mewariskan tradisi ini. Mereka diajarkan tiga tahapan tenun.

Pertama, Purunga atau proses menggulung benang. Kedua, Oluri, yaitu proses menggulung benang di atas papan. Terakhir, proses menenun benang hingga menjadi satu lembar kain atau sarung. Proses ini memakan waktu kurang lebih satu minggu untuk satu kain.

Selain Desa Pajam, ada juga Desa Liya Togo yang melakukan upaya pelestarian kain tenun. Setiap masyarakat dan tamu yang datang ke sana wajib mengenakan tenun khas Wakatobi.

Para pria wajib mengenakan sarung tenun. Sementara pada perempuan mengikatkan kain tenun pada satu pundaknya, di sisi kiri untuk perempuan yang belum menikah dan di sisi kanan untuk yang sudah menikah.

Saat ini, kain tenun Wakatobi sudah mengalami sedikit modifikasi dengan menggunakan warna metalik, yakni emas, perak, hijau, merah, biru dan lainnya, agar hasil kain lebih mengkilap saat terkena cahaya.

Seiring dengan beragamnya minat pembeli, para penenun juga bekerja sama dengan perancang untuk membentuk motif baru sehingga hasilnya lebih variatif.

Kain tenun biasanya digunakan oleh masyarakat pada acara-acara adat. Ada juga yang dijual sebagai cenderamata untuk para wisatawan yang datang dengan harga mulai dari Rp 300.000hingga jutaan rupiah. Yuk, lestarikan kain tenun Wakatobi.

Baca artikel lainnya:

Tempat Belanja Kain Khas Garut, Catat Ya!

Kain Tradisional Khas Lampung, Tak Hanya Tapis

Jalinan dan Warna Penuh Makna, Tenun Ikat Sumba yang Memikat

Indonesia kaya dengan budaya. Lestarikan juga yang lainnya, baca ceritanya lewat laman Pesona Indonesia.

 

KOMENTAR

Lihat Keajaiban Lainnya