Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rasakan Markisa dari Dataran Tinggi Gayo

Kompas.com - 04/10/2019, 16:00 WIB
Masriadi ,
Wahyu Adityo Prodjo

Tim Redaksi


BENER MERIAH, KOMPAS.com – Jalanan aspal mulus membelah rute Kabupaten Bener Meriah – Kabupaten Aceh Utara. Pengendara lalu lalang silih berganti.

Jalan lintas itu dibuka untuk umum dua tahun terakhir. Dulu, jalan itu hanya dilalui oleh mobil angkutan kayu pinus milik PT Kertas Kraf Aceh.

Pinus dari Kabupaten Bener Meriah dan Aceh Tengah diangkut sebagai bahan baku pengolahan kertas ke pabrik PT KKA di Desa Jamuan, Kecamatan Banda Baro, Kabupaten Aceh Utara.

Baca juga: Wisata Arung Jeram di Bener Meriah Kian Gencar Dipromosikan

Jalan ini pula menjadi pendorong kawasan wisata di dua kabupaten di dataran tinggi tersebut yaitu Aceh Tengah dan Bener Meriah. Petani memanfaatkan akses mudah untuk membuka usaha baru seperti menjual hasil pertanian kepada wisatawan.

Salah satunya terlihat di sepanjang kiri-kanan Desa Bale Musara, Kecamatan Permata, Kabupaten Bener Meriah. Di sepanjang jalan ini, warga mendirikan tenda dan pondok kecil di depan rumah.

Di tenda itu, aneka buah khas dataran tinggi dijual untuk wisatawan. Buah yang paling diburu yaitu markisa.

“Kalau untuk masyarakat umum mereka tak akan beli. Biasa ini memang wisatawan yang beli, buat oleh-oleh pulang dari Aceh Tengah atau Bener Meriah,” sebut Uni Kasim, seorang pembeli yang ditemui Kompas.com.

Pembeli markisah diDesa Bale Musara, Kecamatan Permata, Kabupaten Bener MeriahKOMPAS.com/MASRIADI Pembeli markisah diDesa Bale Musara, Kecamatan Permata, Kabupaten Bener Meriah

Buah itu diikat menggelantung. Di gantung di pinggir jalan. Harganya Rp 25.000 per ikat dengan berat sekitar dua kilogram.

Baca juga: Promosi Kopi Gayo, Pemkab Bener Meriah Hadiri Istanbul Coffee Festival

“Saya timbang itu dua kilogram. Tapi namanya buah pasti akan susut dari sisi berat. Kan dia layu juga kalau lama,” kata Uni.

Ia menjamin markisa itu manis dan segar. Pasalnya, langsung dibeli dari petani di desa itu.

“Pohonnya jauh ke pegunungan. Kami beli setiap kali petani panen dan bawa pulang ke kampung,” katanya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com