Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Apa Itu Tradisi Makan Saprahan di Pontianak?

Kompas.com - 19/10/2019, 07:04 WIB
Hendra Cipta,
Wahyu Adityo Prodjo

Tim Redaksi

PONTIANAK, KOMPAS.com - Hidangan saprahan tersaji di atas lantai beralaskan permadani di Gedung Pontianak Convention Center (PCC), Kalimantan Barat, Kamis (17/10/2019).

Sebanyak 30 kelompok peserta dari kader Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) se-Kota Pontianak menampilkan hidangan saprahan dalam Lomba Inovasi Saprahan dalam rangka Hari Jadi Kota Pontianak ke-248.

Makan Saprahan merupakan adat istiadat budaya Melayu. Berasal dari kata "Saprah" yang artinya berhampar, yakni budaya makan bersama dengan cara duduk lesehan bersila di atas lantai secara berkelompok yang terdiri dari enam orang dalam satu kelompoknya.

Dalam makan saprahan, semua hidangan makanan disusun secara teratur di atas kain saprah.

Peralatan dan perlengkapannya mencakup kain saprahan, piring makan, kobokan beserta kain serbet, mangkok nasi, mangkok lauk pauk, sendok nasi dan lauk serta gelas minuman.

Untuk menu makanan diantaranya, nasi putih atau nasi kebuli, semur daging, sayur dalca, sayur paceri nanas atau terong, selada, acar telur, sambal bawang dan sebagainya. Kemudian untuk minuman yang disajikan adalah air serbat berwarna merah.

Wali Kota Pontianak, Edi Rusdi Kamtono, menjelaskan, saprahan merupakan satu diantara yang telah terdaftar sebagai warisan budaya tak benda. Termasuk pula arakan pengantin, paceri nanas, meriam karbit dan lainnya.

Ia berharap Pontianak menjadi salah satu kota budaya yang harus terus ditingkatkan inovasi dan kreativitasnya.

"Saya berharap dengan lomba inovasi saprahan ini memberikan nilai edukatif bagi generasi muda untuk terus kita pertahankan budaya ini," kata Edi melalui keterangan tertulisnya, Kamis sore.

Tradisi makan bersama atau di kalangan masyarakat Melayu disebut Saprahan di Jalan Iman Bonjol, Gang Ramadhan, Kelurahan Bansir Laut, Pontianak, Kalimantan Barat.ARSIP HUMAS PEMKOT PONTIANAK Tradisi makan bersama atau di kalangan masyarakat Melayu disebut Saprahan di Jalan Iman Bonjol, Gang Ramadhan, Kelurahan Bansir Laut, Pontianak, Kalimantan Barat.

Saat ini, lanjutnya, banyak juga rumah makan dan restoran yang menghidangkan makan saprahan. Edi menekankan, intinya, bagaimana pada saat makan bersama itu memiliki nilai atau filosofi dan kearifan lokal yang memberikan nilai positif bagi semua.

"Mudah-mudahan melalui kegiatan ini bisa menumbuhkembangkan ekonomi kreatif dan pertumbuhan ekonomi, baik dari sisi kuliner, fashion dan kreativitasnya," ungkap dia.

Menurutnya, makan saprahan diselenggarakan untuk menerima tamu, sebagai penghormatan kepada tamu, acara pernikahan dan sebagainya.

Makan saprahan bersama dengan duduk bersila menjadikan silaturahmi semakin akrab.

"Inilah budaya Melayu yang patut kita pertahankan dan lestarikan," sebut Edi.

Wakil Gubernur Kalbar, Ria Norsan mengapresiasi digelarnya Lomba Inovasi Saprahan sebagai upaya pelestarian budaya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com