Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Turis di Bali Keluhkan Masalah Sampah dan Macet

Kompas.com - 19/11/2019, 12:35 WIB
Silvita Agmasari

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Bali masuk dalam daftar destinasi yang sebaiknya tidak dikunjungi atau No List pada tahun 2020.

Daftar tersebut dikeluarkan oleh Fodor's Travel, media wisata asal Amerika Serikat. Bali sebagai pulau yang paling banyak dikunjungi di Indonesia dipandang telah menderita efek dari pariwisata massal.

Salah satu alasan yang dikemukakan Fodor's Travel adalah masalah sampah di Bali. Bali, seperti dikutip dari siaean pers dari Fodor's Travel, pada tahun 2017 dideklarasikan sebagai kawasan darurat sampah karena banyak sampah plastik di pantai dan tempat lainnya.

Baca juga: Bali Disarankan Tidak Dikunjungi Pada 2020 oleh Media Wisata AS

Menanggapi hal tersebut Ketua Bali Tourism Board (BTB) Ida Bagus Agung Partha Adnyana menyebutkan Bali terus berbenah untuk masalah sampah. Tak hanya sampah, tetapi juga masalah kemacetan.

"Kita belum punya sistem yang terintegrasi mengenai sampah dari hulu ke hilir. Tapi saya dengar sudah ada Perda mengenai ini," katanya kepada Kompas.com saat dihubungi via telepon, Selasa (19/11/2019).

Ia menambahkan jangan sampai masalah sampah membuat wisatawan jadi mengurungkan niatnya ke Bali. Khawatirnya, lanjut Ida, wisatawan malah dianggap ikut berkontribusi menghasilkan sampah di Bali.

Bali sendiri sudah menetapkan pembatasan sampah plastik sekali pakai melalui Peraturan Gubernur Bali No.97/2018 tentang Pembatasan Timbulan Sampah Plastik Sekali Pakai. Tiga jenis plastik sekali pakai (PSP) antara lain kantung plastik, sterofoam, dan sedotan.

Baca juga: Wisata Kemurahan, Pulau Komodo Masuk Destinasi No List 2020 Media AS

Sementara itu, menurut Ida terkait masalah kemacetan, keluhan wisatawan terutama kemacetan di underpass sepanjang Jalan By Pass Tohpati sampai Nusa Dua yang menjadi lima titik jalur pariwisata Bali.

"Harus ada anggaran yang cukup. Infrastruktur (di Bali) sangat ketinggalan. Pemerintahan yang sekarang sudah mengerti tentang dua hal tersebut, tinggal pikir anggaran saja," tambahnya.

Fokus masalah lainnya

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com