Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Senja Tenggelam di Monumen Kupiah Meukeutop Teuku Umar

Kompas.com - 23/11/2019, 18:09 WIB
Masriadi ,
Silvita Agmasari

Tim Redaksi

ACEH BARAT, KOMPAS.com- “Singeuh bengoh tajep kupi di Keude Meulaboh atau lon akan mate syahid lam prang suci. (Besok pagi kita akan minum kopi di Meulaboh atau saya akan syahid di Perang Suci.”

Kutipan fenomenal dari Teuku Umar, pahlawan nasional asal Aceh Barat, Aceh itu terukir rapi di dinding berlapis marmer di Desa Pasie Ujong Kalak, Kecamatan Johan Pahlawan, Kabupaten Aceh Barat, Jumat (15/11/2019).

Di situlah Monumen Kupiah Meukeutop Teuku Umar dibangun. Masyarakat lokal akrab menyebutnya Pasie Bate Puteh.

Baca juga: Wisata Meulaboh Aceh, Wajib Mampir ke Masjid Agung Baitul Makmur

Ungkapan fenomenal itu ditulis dari buku karya Teuku Dadek, sejarawan lokal Aceh Barat. Saat itu, Teuku Umar dalam perjalanan dari Lhok Bubon, hendak menyerang Belanda di Meulaboh.

Sore itu, mendung menggelantung di kompleks monumen. Letak monumen persis di pinggir pantai. Di dinding monumen ditulis sejarah heroisme Teuku Umar melawan Belanda, diukir tinta keemasan.

Di tengah monumen, kupiah meukeutop (kopiah Aceh) —khas Teuku Umar—dibangun megah.
Sedangkan di depan monumen halaman lumayan luas.

Sore itu, sejumlah siswa SMAN 1 Meulaboh sedang berlatih menari di situ. Dipandu seorang guru. Mereka cetakan memainkan musik mengiringi tari.

Di depan monumen itu pula, pondok-pondok untuk wisatawan tersedia. Menjual aneka makanan dan minuman. Di depan pondok itu pantai membentang. Pasangan suami dan istri bersantai menikmati senja, menunggu matahari tenggelam.

Baca juga: Gurihnya Mi Rusa di Pantai Barat Aceh, Mau Coba?

“Setiap sore ramai yang berkunjung kemari. Buat membawa keluarga, menikmati senja dan makanan ringan,” kata Azizah, seorang warga Meulaboh, Aceh Barat. Sore itu dia bersama teman-teman kampusnya STAIN Tengku Dirundeng bersantai di lokasi itu.

Untuk menuju lokasi itu tidak sulit, dari Kota Meulaboh jaraknya sekitar 10 menit berkendara. Jika tidak membawa kendaraan, maka naiklah becak.

Wisatawan menyakisikan senja tenggelam di pantai Tugu Teuku Umar  Desa Pasie Ujong Kalak, Kecamatan Johan Pahlawan, Kabupaten Aceh Barat, Jumat (15/11/2019). KOMPAS.com/MASRIADI Wisatawan menyakisikan senja tenggelam di pantai Tugu Teuku Umar Desa Pasie Ujong Kalak, Kecamatan Johan Pahlawan, Kabupaten Aceh Barat, Jumat (15/11/2019).
Namun tawar menawar dulu harga yang pantas. Bisa Rp 10.000-Rp 15.000 untuk menuju lokasi wisata paling fenomenal di Bumi Teuku Umar itu.

Di lokasi monumen inilah Teuku Umar syahid. Tewas dalam perjuangan melawan Belanda. Kisah kepahlawanan Teuku Umar tercatat dalam laman sejarah Indonesia. Hingga disematkan sebagai pahlawan nasional pada 6 November 1973 lewat keputusan presiden nomor 087/TK/1973.

Jalan dua jalur menuju monumen ini baru dibangun. Terlihat material masih sangat kasar dan berserakan. Di gerbang masuk terlihat ukiran pinto Aceh. Taman dibangun di tengah jalan, digunakan masyarakat untuk berlatih karate dan kegiatan olahraga lainnya.

Sore selalu jadi waktu paling ramai bagi warga dan wisatawan berkumpul di depan monumen.

“Namun ini hanya dibuka sampai senja saja. Setelah itu tutup,” kata Azizah.

Debur ombak pantai dengan matahari yang tenggelam menjadi pemandanagan yang indah di tugu penuh sejarah. Nah, jika Anda ke Meulaboh, rasanya belum lengkap, jika belum berfoto dan mengunjungi Monumen Kupiah Meukeutop.

Baca juga: Rumah Makan Seafood Pilihan di Banda Aceh, Pondok Awak Baro

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com