JAKARTA, KOMPAS.com - Pelaku ekonomi kreatif menawarkan konsep kreativitas dan inovasi untuk membangun ekosistem di ekonomi kreatif dalam acara Creative Economy Review 2019.
Acara yang digelar di Balai Kartini Jakarta, pada Selasa (26/11/2019) ini dihadiri tiga pelaku ekonomi kreatif sebagai narasumber.
Baca juga: Bagaimana Nasib Ekonomi Kreatif Ketika Bergabung dengan Pariwisata?
Co-Founder Kebun Ide dan M Bloc Space Handoko Hendroyono memaparkan konsep mindset terhadap dunia ekonomi kreatif diperlukan untuk mengetahui potensi besar yang ada.
Ia mencontohkan proyek garapannya yaitu Filosofi Kopi dan M Bloc yang sukses menggalang generasi milenial untuk mengembangkan ekonomi kreatif.
"Teritori kreatif adalah kekuatan kita sebagai society. Pentingnya sebuah teritori atau tempat untuk kita eksis dan akhirnya secara kreatif kita bisa berbisnis dan memiliki potensi yang sangat besar," kata Handoko dalam pemaparannya di Balai Kartini Jakarta, Selasa (26/11/2019).
Handoko kemudian menjelaskan bahwa Blok M, tempat Filosofi Kopi dan M Bloc berada, dulunya adalah kawasan yang "eksis" namun perlahan ditinggalkan.
Hal ini yang justru menjadi tantangan bagi dirinya untuk mengembalikan kejayaan di tempat yang dikenal lintas Melawai itu.
Selain itu, ia mengungkapkan bahwa teritori kreatif begitu penting. "Jadi intinya teritori kreatif ini penting untuk kita membuktikan jati diri sebagai brand lokal, salah satunya adalah kita di Filosofi Kopi pakai destinasi wisata, ada Jakarta, Yogyakarta, Semarang di Kota Lama, dan sebentar lagi akan ada di Makassar, ini juga teritori kreatif yang kita kembangkan sebagai destination branding," ujarnya.
Sementara itu, Co Founder & CEO Torch, Ben Wirawan Sudarmadji memaparkan bahwa ekosistem ekonomi kreatif telah berubah khususnya ke arah tech-enable local brand.
"Kenapa tech-enable karena dia menggunakan teknologi. Sekarang teknologi digital khususnya internet meningkat amat cepat, dari 2013 sampai 2018 terdapat pertumbuhan 40 persen. Bayangkan dari 25 persen ke 65 persen. Ini perubahan luar biasa," katanya.
Perubahan juga terjadi pada market brand lokal. Dulu brand lokal tidak disasar, sekarang tanpa disadari sudah menyasar generasi milenial. Ben mengatakan saat ini hampir semua generasi milenial menyukai produk lokal.
"Yang jarang membeli brand lokal itu justru generasi di atasnya. Kalau generasi milenial sangat suka local brand, ini rentang yang sangat besar. Dan mereka semua sudah menggunakan internet, ini yang terjadi di ekosistem ekonomi kreatif," lanjutnya.
Selain itu, Ben juga memaparkan bagaimana timnya dapat mengetahui data yang ada ketika orang membeli barang di Torch.id. Data-data tersebut mulai dari merk telpon genggam, nomor telpon, bahkan hingga detailnya.
"Sehingga kita bisa mengetahui pembeli kita seperti apa, kita bisa memetakan produk mana pembelinya siapa. Digital juga bisa mengetahui seberapa besar pertumbuhan ekraf di daerah. Dengan adanya tech-enable local brand jadi lebih bertambah banyak jumlahnya, karena ada kreativitas dan ada teknologi," jelasnya.