Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menyusuri Sejarah Islam di Taiwan lewat Masjid Agung Taipei

Kompas.com - 04/12/2019, 21:00 WIB
Sri Noviyanti,
Kahfi Dirga Cahya

Tim Redaksi


TAIWAN, KOMPAS.com –
Siang itu, waktu di Taiwan menunjukkan pukul 11.30. Masjid Agung Taipei atau Taipei Grand Mosque yang disinggahi Kompas.com, Sabtu (30/11/2019) belum begitu ramai.

Model bangunan masjid amat klasik, arsitekturnya bergaya Romawi Timur. Sementara kubahnya juga kental dengan nuansa Romawi Kuno.

Di sekitar dalam masjid dihiasi dengan batu bata dekoratif dan ubin keramik. Jendelanya dihiasi dengan kaca-kaca buram dan sedikit balok kaca warna-warni.

Selain ventilasi, ada pula kipas angin, dan ac yang melengkapi fasilitas di sana.

Baca juga: Taiwan Serius Garap Wisata Ramah Muslim, Ini Tandanya

Masjid dibangun sekitar tahun 1960. Selain dipergunakan sebagai masjid, bangunannya sudah menjadi cagar budaya. Karenanya, masjid ini sering didatangi oleh turis.

Di dekat pintu masuk, hanya ada satu penjaga yang sedang berbicara pada kurang lebih 10 turis asal Jepang. Ia menceritakan bagaimana Islam berhasil masuk ke Taiwan dahulu.

Cerita yang sama dipaparkan juga pada Kompas.com oleh pemandu kami yang juga salah satu pengurus masjid, Ouyang Santo (41).

"Sebelum masuk ke Taiwan, Islam sudah lebih dulu berkembang di China daratan—Fujian, China bagian selatan. Sebagian dari mereka ketika itu di abad ke-17, menghampiri Taiwan untuk mengusir Belanda yang menjajah kala itu," ujar Santo.

Baca juga: Selain Ramah Muslim, Taiwan Juga Ramah untuk Turis Indonesia

Ouyang Santo, salah satu pengurus Masjid Agung Taiwan.KOMPAS.com/SRI NOVIYANTI Ouyang Santo, salah satu pengurus Masjid Agung Taiwan.
Usai perang, beberapa di antara mereka yang beragama muslim menetap dan menikahi orang Taiwan asli. Namun, seiring perkembangan zaman, pertumbuhan agama Islam tak besar.

Saat ini, kata Santo, hanya sedikit sekali orang Taiwan asli yang memeluk agama Islam. Jemaah masjid justru biasanya adalah tenaga kerja asal Indonesia atau pekerja dari Burma, Pakistan, atau negara tetangga lainnya.

Pada hari-hari biasa, Masjid Agung Taiwan jarang pengunjung. Di jam-jam shalat, lanjut Santo, paling banyak hanya ada 20 orang.

Baca juga: Taiwan, Salah Satu Pilihan Destinasi Wisata Halal Terbaik

"Yang datang ke sini biasanya mahasiswa karena ada kampus dengan lokasi tak begitu jauh," kata Santo.

"Masjid biasanya didatangi orang lebih banyak saat Jumat, terutama kalau Jumat-nya bertepatan dengan hari libur," lanjutnya.

Suasana di dalam Masjid Agung Taipei.KOMPAS.com/SRI NOVIYANTI Suasana di dalam Masjid Agung Taipei.
Di bulan puasa, Masjid Agung Taiwan menyajikan hidangan puasa setiap hari untuk kurang lebih 400 orang.

Menunya beragam, mulai dari hidangan yang terinspirasi dari Timur Tengah, sampai Chinese food.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com