JAKARTA, KOMPAS.com - Pandemi virus corona berdampak ke sektor pariwisata, termasuk agen perjalanan.
Association of The Indonesian Tours and Travel Agencies (ASITA) melalui Ketua Umum, Rusmiati mengatakan sejak Indonesia dikatakan positif kasus pertama virus corona pada awal Maret 2020, industri agen perjalanan langsung terancam bisnisnya.
"Ini sangat dilema dan menghantam anggota ASITA terutama travel agent," kata Rusmiati dalam diskusi online bersama Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Wishnutama Kusubandio, Ketua PHRI, dan sejumlah media, Selasa (7/4/2020).
"Sangat berpengaruh karena travel agent ini membuat paket yang terdiri dari penerbangan, hotel, restoran hingga suvenir," lanjutnya.
Baca juga: 1.266 Hotel Tutup karena Corona, Ini Usulan Asosiasi untuk Pemerintah
ASITA mengaku telah melakukan beragam upaya dan mengusulkan beberapa hal untuk diperhatikan pemerintah.
Rusmiati mengatakan usul pertama dari ASITA adalah setiap Sabtu mengadakan kegiatan-kegiatan yang bersifat mengembangkan networking, meningkatkan kapasitas diri, skill and knowledge.
"Misalnya kami mengadakan acara Bincang Bisnis ASITA secara online setiap Sabtu pukul 14.00 WIB," kata Rusmiati.
Dalam acara tersebut anggota ASITA membahas berbagai isu tentang bisnis inbound, outbound, umroh atau haji, domestik market, sertifikasi Sumber Daya Manusia.
Termasuk digital marketing dan mengembangkan networking Biro Perjalanan Wisata (BPW) di berbagai destinasi Indonesia.
Baca juga: Bisnis Terpuruk, Industri Hotel Berharap Bantuan Pemerintah
Selain itu, ia mengusulkan agar pemerintah memberikan insentif kepada karyawan BPW anggota ASITA. Salah satunya dengan mendapatkan benefit dari Kartu Pra Sejahtera.
"Voucer tersebut akan digunakan untuk mengikuti pelatihan yang berhubungan dengan profesi saat ini 45,2 persen dan keterampilan baru yang bisa digunakan mereka untuk bertahan hidup saat ini 42,7 persen," terangnya.
Baca juga: Cara Hotel di Yogyakarta Tunjukkan Tanda Cinta saat Wabah Virus Corona
Lebih lanjut, ia melaporkan perihal gaji anggota ASITA dari BPW yang sudah mengalami penurunan hingga 50 persen.
Kendati demikian, Rusmiati menegaskan tidak akan melakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) karena wabah virus corona ini.
"Kemarin saya sudah diskusi juga dengan PHRI yaitu pak Hariyadi bahwa PHK itu berat. Kita dalam arti menyemangati. Namun, jika tidak memotong salary itu juga akan berat," ujarnya.
Ia juga mengatakan pemerintah perlu melihat negara tetangga terkait pinjaman lunak.
Berbeda dengan Kartu Pra Sejahtera yang diperuntukkan kepada para pegawai, pinjaman lunak ini diberikan kepada travel atau pengusahanya.
Baca juga: Mayoritas Hotel di Bali Tutup Operasional, Sisanya Mencoba Bertahan
Lanjutnya, pinjaman lunak ini amat penting diberikan kepada travel agent atau pengusaha di daerah.
"Itu sangat membantu cashflow, dengan adanya cashflow yang bagus tentunya kita masih bisa berjalan dan untuk karyawan masih bisa solid. Saya harap Menteri Pariwisata bisa menyampaikan hal ini," pungkas Rusmiati.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.