JAKARTA, KOMPAS.com – Musisi yang jagonya bikin ambyar adalah Didi Kempot. Dari lagu-lagunya yang sukses bikin galau itu, kini kamu bisa mengunjungi tempat wisata yang terinspirasi dari lagu-lagu musisi kenamaan tersebut.
Baca juga: Lagu Galau Didi Kempot, Promosi Pariwisata Indonesia
Setelah corona berakhir, tidak ada salahnya untuk coba mengunjungi delapan tempat wisata berikut yang mungkin akan bikin kamu galau dan ambyar karena kenangan.
Stasiun Balapan jadi salah satu lagu Didi Kempot yang paling legendaris. Lagu ini muncul di album perdananya yang juga bernama Stasiun Balapan.
Didi Kempot bercerita tentang seorang kekasih yang mengantarkan pujaan hatinya ke Stasiun Balapan. Namun sayangnya, sang kekasih tidak pernah kembali semenjak mereka berpisah di sana.
Stasiun Balapan ada di Kestalan, Solo. Didirikan pada 1873, hingga saat ini stasiun masih berfungsi dan terus mengalami pemugaran agar bisa mengikuti zaman.
Sama seperti Stasiun Balapan, lagu Terminal Tirtonadi juga menceritakan soal seseorang yang mengantarkan kekasihnya pergi tapi pasangannya itu tak kunjung kembali.
Tirtonadi juga berlokasi di Solo. Tempat tersebut jadi terminal terbesar di kota Solo dengan kelas A.
Terminal andalan warga Solo dan sekitarnya ini dikenal jadi titik keberangkatan atau titik sampai bus-bus super eksekutif.
Berbeda dari yang lain, lagu soal Pasar Klewer berkisah soal pasar yang jadi tempat berkumpulnya masyarakat dengan berbagai latar belakang. Didi Kempot bahkan sempat mempromosikan Pasar Klewer lewat lirik berikut:
"Ning pasar klewer kutho solo, kowe rugi tiwas teko ora blonjo, pasare komplet tenan, pingin opo ning kono mesti ono.”
Lirik tersebut berarti di Pasar Klewer lengkap sekali, ingin apa ada di sana rugi jika tidak datang belanja.
Pasar Klewer merupakan pasar tekstil terbesar di Solo. Sejarah pasar ini sudah ada sejak zaman penjajahan Jepang, dan dulu merupakan tempat perhentian kereta api.
Gunung ini muncul dalam lirik lagu “Banyu Langit”. Dalam lagu ini, Didi Kempot bercerita soal seseorang yang mengingat kenangannya dengan sang kekasih saat berada di Gunung Ngalanggeran ini.
Sang kekasih pergi, tapi akhirnya ia tak pernah kembali lagi. Sama dengan lagu-lagu Didi Kempot lainnya.