Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hadapi Booming Pariwisata, Desa Wisata Milik Masyarakat Perlu Dikembangkan

Kompas.com - 10/05/2020, 21:51 WIB
Nicholas Ryan Aditya,
Ni Luh Made Pertiwi F.

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Pakar pariwisata sekaligus Ketua Ikatan Cendekiawan Pariwisata Indonesia (ICPI) Azril Azahari mengatakan bahwa pemerintah perlu melakukan beberapa pembenahan di sektor pariwisata, salah satunya berfokus pada daya tarik pariwisata.

Hal ini ia utarakan terkait dengan kesiapan pemerintah dalam menghadapi kondisi pariwisata Indonesia paska pandemi Covid-19.

Ia mengatakan pemerintah perlu mengevaluasi kembali penentuan 10 Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) dan 5 Destinasi Super Prioritas.

Baca juga: Pemerintah Jawa Tengah Dorong Desa Wisata Jadi Borobudur Baru

"Pemerintah harus mengevaluasi hal ini dengan berfokus pada daya tarik bagi pengunjung masing-masing destinasi sesuai dengan kearifan lokal," kata Azril saat dihubungi Kompas.com, Jumat (17/4/2020).

Menurutnya, pemerintah perlu memerhatikan aspek keunikan dan keotentikan yang ada pada setiap destinasi wisata. Salah satunya dengan mengembangkan desa wisata yang mengutamakan masyarakat kecil sebagai pemilik.

Ibu-ibu memasak biji kopi di Desa Wisata Bonjeruk, Lombok Tengah, NTB, Jumat (2/8/2019). Berbagai atraksi budaya serta agrowisata menjadi daya tarik tempat ini.KOMPAS.COM/KRISTIANTO PURNOMO Ibu-ibu memasak biji kopi di Desa Wisata Bonjeruk, Lombok Tengah, NTB, Jumat (2/8/2019). Berbagai atraksi budaya serta agrowisata menjadi daya tarik tempat ini.

Menurut Azril, pemerintah selama ini kurang memerhatikan masyarakat kecil dalam hal pembangunan pariwisata lokal.

"Maka sebaiknya kembangkan desa wisata yang benar-benar masyarakat yang memiliki, bukan investor. Biar masyarakat tidak cuma jadi penonton," tuturnya.

"Contoh saja Desa Kauman di Pekalongan itu turisnya diajarkan membatik. Turis itu senang sekali diikut sertakan seperti itu. Masyarakat ikut serta mengajarkan bukan jadi penonton," terangnya.

Baca juga: Tantangan dan Solusi Desa Wisata Bahari di Pulau-pulau Kecil Indonesia

Selama ini, menurut Azril, pemerintah ada kekeliruan mengartikan attraction sebagai atraksi. Dalam pariwisata Indonesia, beberapa tahun belakangan ini pemerintah menggaungkan konsep 3A wisata, yaitu attraction (atraksi), access (akses), dan amenity (amenitas).

"Padahal attraction itu artinya daya tarik, bukan atraksi. Sementara atraksi itu kan pertunjukkan," tambahnya.

Ia mengatakan syarat untuk fokus pada daya tarik pariwisata adalah meluruskan arti dari attraction agar diterjemahkan sebagai daya tarik, bukan atraksi.

Selain itu, Azril juga menyoroti mengenai target pariwisata Indonesia. Ia mengatakan saat ini seharusnya target pariwisata tidak lagi pada jumlah wisatawan khususnya wisatawan mancanegara, melainkan kualitas.

"Harusnya seperti itu, dengan melihat kontribusi pariwisata terhadap Produk Domestik Bruto (PDB), tenaga kerja yang bisa diserap oleh sektor pariwisata, dan investasi pada sektor pariwisata," katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com