Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Apa Itu Jalangkote? Bedanya Jalangkote dengan Pastel

Kompas.com - 18/05/2020, 16:21 WIB
Syifa Nuri Khairunnisa,
Yuharrani Aisyah

Tim Redaksi


JAKARTA, KOMPAS.com – Jalangkote adalah camilan khas Sulawesi. Bentuk dari camilan ini mirip sekali dengan kue pastel, dengan bentuk seperti bulan separuh dengan ukiran khas di sepanjang sisinya.

Baca juga: Resep Jalangkote, Camilan Khas Sulawesi untuk Hidangan Takjil

Namun, jalangkote dan pastel ternyata memiliki beberapa perbedaan baik di kulit pembungkusnya dan juga rempah untuk isiannya.

Chef Grace Titaheluw, Chef de Cuisine Hotel Four Points by Sheraton Makassar menjelaskan perbedaan jalangkote dengan pastel.

Kulit jalangkote lebih tipis daripada pastel

Chef Grace Titaheluw menyampaikan bahwa kulit jalangkote punya lapisan lebih tipis dari pada pastel.

“Kalau pastel itu ada yang kulitnya lebih mirip puff. Lebih tebal dari jalangkote. Kalau jalangkote enggak berlapis-lapis,” ujar Chef Grace pada Kompas.com, Senin (18/5/2020).

Selain itu, kulit jalangkote juga punya penampakan agak bergelembung. Berbeda dari pastel yang cenderung lebih halus.

Hal itu, kata Chef Grace, didapat dari campuran minyak panas ke dalam adonan tepung terigu dan air untuk membuat kulit.

Ilustrasi jalangkote disiram saus cabai khas. Jalangkote adalah kuliner khas Makassar yang bentuknya mirip pastel. SHUTTERSTOCK/DENNIS WIJAYA Ilustrasi jalangkote disiram saus cabai khas. Jalangkote adalah kuliner khas Makassar yang bentuknya mirip pastel.

Isi lebih beragam dan berbeda pada tiap daerah di Sulawesi

Sementara untuk isinya, tak jauh berbeda dari pastel hanya saja lebih beragam dan punya rasa rempah yang kuat.

Jalangkote menggunakan rempah berupa pala dan jintan yang tidak ada dalam campuran rempah isian pastel.

Menurut Chef Suwanta, Executive Chef Four Points by Sheraton Makassar, jalangkote punya isian yang beragam sesuai dengan daerahnya. Tiap daerah di Sulawesi akan memiliki varian isi jalangkote yang berbeda.

“Setiap kabupaten itu berbeda, bahannya khusus. Contoh kalau di Jeneponto itu susah daging sapi. Di sana familier dengan daging kuda jadi tidak ada isi jalangkote daging sapi di Jeneponto,” jelas Chef Suwanta pada Kompas.com, Senin (18/5/2020).

Isian jalangkote akan berbeda setiap daerah sesuai dengan ciri khas bahan yang ada di daerah tersebut.

Isian yang paling umum ditemukan menurut Chef Suwanta berupa daging sapi, daging ayam, daging ikan, dan sayuran.

Di Makassar misalnya, kamu bisa dengan mudah menemukan jalangkote di jalanan Makassar dengan isian berupa daging, soun, dan kentang.

“Ada yang jual dia pakai kentang, daging, sama soun saja. Ada yang jaman sekolah dulu, mereka pakai mi, tauge, dan telur. Itu bervariasi sih orang ingin isiannya apa,” papar Chef Grace.

“Kebanyakan gurih, kalau manis juga ada. Paling dia isiannya mau pakai ubi jalar, kismis, kentang juga bisa kalau enggak suka ubi jalar. Jadi ala isian pai, diisikan ke situ,” lanjutnya.

Ilustrasi jalangkote dan saus sambal khas. Jalangkote adalah kuliner khas Makassar yang bentuknya mirip pastel. SHUTTERSTOCK/MUHAMMAD SAFEI Ilustrasi jalangkote dan saus sambal khas. Jalangkote adalah kuliner khas Makassar yang bentuknya mirip pastel.

Jalangkote merupakan hidangan khas Sulawesi yang sudah ada sejak zaman dahulu. Menurut Chef Suwanta, kamu bisa menemukan jalangkote di hampir semua daerah di Sulawesi.

Walaupun setiap daerah punya varian isi yang berbeda, satu yang serupa adalah jalangkote harus disajikan bersama saus cabai yang khas.

“Di mana saja yang sama itu sausnya. Saya coba setiap daerah isinya beda, tapi sausnya itu rasanya sama,” kata Chef Suwanta.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com