Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 15/06/2020, 13:07 WIB
Nicholas Ryan Aditya,
Ni Luh Made Pertiwi F.

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com – Dalam menyambut new normal, pariwisata Nusa Tenggara Timur (NTT) bisa mengangkat wisata budaya sebagai daya tarik wisata. Pariwisata NTT akan buka kembali pada 15 Juni 2020 setelah tutup selama tiga bulan.

"Kalau daerah lain itu kan punya alam juga, itu sudah biasa. NTT dianugerahi budayanya juga yang kaya,” kata Ketua Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) NTT Julie Sutrisno Laiskodat dalam webinar ASITA bertajuk "New Normal dan Kesiapan Provinsi Nusa Tenggara Timur Menyambut Wisatawan" Rabu (10/6/2020).

Baca juga: Walau Wisata NTT Buka Kembali, Kunjungan Wisatawan Diprediksi Masih Kecil

Julie menuturkan bahwa budaya bisa menjadi peluang nilai jual pariwisata NTT dalam menyambut wisatawan.

“Bayangkan, setiap daerah di NTT itu punya budaya dan bahasa yang berbeda," ungkap Julie.

Ia melihat bahwa budaya di NTT begitu banyak dan dapat menjadi daya tarik. Contohnya, lanjut dia, bahasa yang digunakan masyarakat di Pulau Alor.

Julie menjelaskan Pulau Alor terdiri dari 19 kecamatan. Namun pulau ini memiliki 54 bahasa. Hal ini berarti setiap desa di Alor memiliki bahasa yang berbeda-beda. Selain bahasa, NTT juga memiliki beragam tarian.

Dua wisatawan asal Perancis menikmati aroma kopi yang telah disangrai di Kafe Mane, salah satu tempat berkumpul penikmat kopi di Ruteng, Kabupaten Manggarai, Nusa Tenggara Timur. Kafe ini menyajikan kopi terbaik yang didapatkan dari petani Manggarai. Sebagian besar tamu di kafe ini adalah wisatawan asing yang singgah di Ruteng dalam perjalanan mengunjungi tempat-tempat wisata di Flores.KOMPAS/DANU KUSWORO Dua wisatawan asal Perancis menikmati aroma kopi yang telah disangrai di Kafe Mane, salah satu tempat berkumpul penikmat kopi di Ruteng, Kabupaten Manggarai, Nusa Tenggara Timur. Kafe ini menyajikan kopi terbaik yang didapatkan dari petani Manggarai. Sebagian besar tamu di kafe ini adalah wisatawan asing yang singgah di Ruteng dalam perjalanan mengunjungi tempat-tempat wisata di Flores.

"Tarian Kebalai dari Rote, tarian Dolo dari Flores, dan lainnya. Jadi setiap kabupaten itu tidak mempunyai tarian yang sama," terangnya.

Selain itu, NTT mempunyai aneka kerajinan tenun. Kerajinan tenun, kata Julie, bisa menjadi daya tarik dan kekayaan otentik dari NTT.

Ia pun berharap agar Association of The Indonesian Tours and Travel Agencies (ASITA) dapat membantu Dekranasda dalam hal mempromosikan hasil kerajinan atau produk budaya dari NTT.

Baca juga: Turis Mulai Bisa Kunjungi NTT pada 15 Juni

"Ini waktunya ASITA untuk mempromosikan kekayaan budaya NTT. Caranya adalah, misalnya ketika wisatawan datang itu hasil kerajinan tenun diselempangkan ke wisatawan," tuturnya.

Selain itu, ia juga mengusulkan agar ASITA dapat mempromosikan produk kopi NTT ke hotel dan restoran.

NTT dikenal memiliki ragam khas kopi yang berbeda di setiap daerahnya, yakni Kopi Flores, Kopi Manggarai, dan lainnya.

"Jadi bisa dipromosikan kopi-kopi kita itu ke sana. Karena mohon maaf, kebanyakan hotel kita itu dan restorannya, kopi-kopi yang ada bukan kopi dari NTT sendiri," pungkasnya.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com