Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bagaimana Perubahan Baduy Sejak Menjadi Kawasan Wisata?

Kompas.com - 10/07/2020, 10:54 WIB
Nabilla Ramadhian,
Kahfi Dirga Cahya

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com – Baduy tengah jadi pembicaraan hangat, salah satunya karena ada wacana penghapusan daerah di Lebak tersebut sebagai kawasan wisata.

Padahal, sejak dibuka, kawasan ini jadi salah satu pilihan kawasan wisata yang menarik. Para wisatawan yang datang beragam, salah satunya dari open trip yang diadakan beberapa tur operator di Indonesia.

Kawasan Baduy boleh dibilang berkembang. Lantas, bagaimana perkembangan sebenarnya Baduy sebagai sebuah kawasan wisata?

"Sebelum jadi tempat wisata kayak sepi, biasa aja tidak seramai sekarang,” kata Marketing and Sales Bantamtraveler, Deri Hermawan, kepada Kompas.com, Kamis (9/7/2020).

Baca juga: Kawasan Wisata Baduy Masih Ditutup

Kendati demikian, Deri menuturkan, keramaian bukan baru terjadi selama dua atau tiga tahun belakangan, tetapi sudah sejak beberapa tahun lalu.

Senada dengan hal tersebut, CEO Kili Kili Adventure, Bima Pangarso, menuturkan, pihaknya sudah mengadakan open trip ke Baduy sejak 2013. Sejak saat itu pun Baduy sudah ramai wisatawan.

“Kunjungan wisatawan dari 2013 hingga kini sama saja ramainya. Bahkan mungkin meningkat. Orang Baduy semakin terbuka kepada wisatawan,” tutur Bima.

Baca juga: Jangan Sembarangan Foto di Baduy dan Aturan Adat Lainnya

Bima menuturkan, baik masyarakat Baduy dalam dan luar, sama-sama menerima wisatawan dengan baik.  Bahkan, dirinya berteman baik dengan salah satu warga Baduy dalam bernama Sapri.

“Dia simpan nomor kita pakai buku catatan kecil. Isinya kontak semua wisatawan yang datang," kata Bima. 

"Saat ke Jakarta, suka dihubungi untuk silaturahmi. Mereka memang menerima baik orang-orang untuk menambah silaturahmi,” lanjutnya.

Banyak yang berjualan

Deri mengatakan, sejak menjadi kawasan wisata, banyak masyarakat Baduy luar yang membuka usaha dengan berjualan.

“Baduy luar sekarang rumah-rumah buka warung, dulu jarang. Baduy dalam enggak, masih asri,” kata Deri.

“Mungkin karena faktor ekonomi. Sekarang wisatawan itu jadi penggerak ekonomi mereka. Jual makanan, buka warung-warung jual mi instan atau kopi,” imbuhnya.

Baca juga: Mengenal Tenun Baduy yang Mendunia

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com