Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jalan-jalan di Likupang Selatan, ada Kubur Batu yang Jadi Tempat Wisata

Kompas.com - 05/09/2020, 20:08 WIB
Khenzie Godeleova,
Anggara Wikan Prasetya

Tim Redaksi


KOMPAS.com - Wisatawan yang sudah bosan dengan tempat wisata yang itu-itu saja, kuburan yang di Likupang Selatan, Kabupaten Minahasa Utara, Sulawesi Utara, bisa jadi pilihan. Kenapa kuburan ini unik?

Berlokasi di Desa Kokole 2, kuburan ini bukan berupa udakan tanah seperti pada umumnya, melainkan dari batu. Kuburan itu dinamakan waruga.

Waruga berasal dari dua kata, ware dan ruga yang memiliki arti rumah untuk badan yang hancur.

Peti batu di kuburan tersebut mempunyai dua bagian. Bagian pertama adalah badan peti dan kedua adalah penutupnya.

Kubur batu atau waruga yang dirusak oleh orang tidak dikenal di komplek pekuburan Kaima, Kauditan, Minahasa Utara.KOMPAS.COM/BPCB Gorontalo Kubur batu atau waruga yang dirusak oleh orang tidak dikenal di komplek pekuburan Kaima, Kauditan, Minahasa Utara.

Pada bagian atap, ada yang berbentuk biasa, ada juga yang sudah diukir sesuai pekerjaan atau hal yang menggambarkan kepribadian jasad dalam waruga.

Misalnya, seorang bidan yang meninggal, pada bagian atap akan diukirkan seorang perempuan yang menggendong banyak anak kecil.

Baca juga: Mengintip Wisata Tersembunyi di Destinasi Super Prioritas Likupang

Jasad diletakkan dalam posisi duduk beralaskan daun atau piring dalam badan peti. Dimasukan juga alat-alat makan serta benda sehari-hari mereka, seperti celurit dan priring yang akan menjadi bekal mereka dalam perjalanan menuju alam baka.

Satu waruga bukan hanya untuk satu orang. Satu waruga bisa berisikan satu keluarga, atau 5-6 orang.

Dulunya, dipercaya bahwa roh mereka akan menuju ke arah utara, sehingga semua waruga berjajar rapi dan semua menghadap ke utara. 

Kebudayaan menguburkan jenazah ke dalam kubur batu itu dilakukan pada sekitar abad ke-9, atau tahun 1870. 

Baca juga: 5 Hal yang Mesti Diketahui Sebelum Main ke Kuburan Tionghoa

Kebudayaan menguburkan dalam peti itu diperkirakan berhenti karena adanya wabah penyakit yang menyerang desa.

Penyakit itu diyakini berasal dari dalam peti batu yang dibuka-tutup setiap memasukan jasad baru.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com