Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Edelweis, Si Bunga Abadi yang Dilindungi Negara

Kompas.com - 16/09/2020, 12:08 WIB
Kahfi Dirga Cahya

Penulis

KOMPAS.com- Edelweis merupakan salah satu bunga yang sohor di kalangan pendaki gunung.

Edelweis bisa ditemukan di beberapa gunung di Indonesia, seperti Lawu, Semeru, Sindoro, Papandayan, Gede Pangrango hingga Merbabu.

Keindahan edelweis yang biasa ditemukan para pendaki memang memikat hati.

Meski edelweis terlihat indah, perlu digarisbawahi, aktivitas paling mulia yang bisa dilakukan pendaki saat bertemunya adalah membiarkannya tetap di tempatnya. Jangan dicabut.

Mencabut edelweis di alam bebas justru membuat Si Bunga Abadi terancam kepunahan. Perilaku tersebut tidaklah dibenarkan.

Namun, pada dasarnya, segala sesuatu di dalam taman nasional tidak boleh diambil--entah edelweis, cemara, bahkan buah rambutan dan durian yang tumbuh di sana.

(Baca: Edelweis di Gunung Tak Boleh Diambil)

Padang edelweis PapandayanAko Rondo PA Padang edelweis Papandayan
Kenapa edelweis dijuluki bunga abadi?

Keberadaan bunga Edelweis di Indonesia sudah ada sejak 200 tahun yang lalu. Bunga ini ditemukan pertama kali oleh naturalis Jerman bernama Georg Carl Reinwardt.

Ia menemukannya ketika berada di lereng Gunung Gede, Jawa Barat.

Lantas, mengapa edelweis dijuli bunga abadi? 

Bunga ini disebut abadi karena memiliki waktu mekar yang lama, hingga 10 tahun lamanya. Oleh karena itu disebut bunga abadi.

Hormon etilen yang ada pada bunga Edelweis, bisa mencegah kerontokan kelopak bunga dalam waktu yang lama.

(Baca: 8 Fakta Edelweis, Bunga Abadi di Gunung yang Tak Boleh Dipetik)

Serangga hinggap di bunga Edelweis di Taman Edelweis, Desa Wisata Edelweis, Desa Wonokitri, Jawa Timur.Dokumentasi Teguh Wibowo Serangga hinggap di bunga Edelweis di Taman Edelweis, Desa Wisata Edelweis, Desa Wonokitri, Jawa Timur.
Edelweis sering dicabut pendaki usil

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com