Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Seperti Apa Uang yang Digunakan pada Periode Rempah di Indonesia?

Kompas.com - 27/09/2020, 10:35 WIB
Nabilla Ramadhian,
Anggara Wikan Prasetya

Tim Redaksi

 

KOMPAS.com – Rempah Nusantara seperti pala, cengkeh, dan lada merupakan primadona pada periode rempah saat perdagangan internasional terjadi di Asia Tenggara.

“Mereka trinitas rempah termahal di dunia,” kata salah seorang perwakilan dari Museum Bank Indonesia Winarni Soewarno.

Pernyataan itu ia sampaikan dalam International Forum On Spice Route 2020 bertajuk Celebrating Diversity and Intercultural Understanding Through Spice Route as One of the World’s Common Heritage, Kamis (24/9/2020).

Baca juga: 3 Manfaat Rempah pada Zaman Dulu, Dipakai sebagai Pengharum Mulut?

Saat itu, pala yang dijual berasal dari Pulau Run, Kepulauan Banda. Sementara cengkeh dari Ternate, Tidore, Halmahera, Seram, dan Ambon.

Untuk lada, saat itu dihasilkan dari Banten, Sumatera, dan Kalimantan Selatan. Para pedagang dari China dan Arab sudah mengetahui hal ini.

“Jauh sebelum bangsa Eropa melakukan aktivitas perdagangan di Asia Tenggara, Nusantara jadi satu pemain penting dalam perdagangan dunia,” ujar Winarni.

Alat transaksi pada periode rempah

Pada periode rempah, geliat perdagangan yang terjadi mengakibatkan adanya sistem barter yang digunakan para pedagang sebelum adanya mata uang.

Ilustrasi pedagang rempah.SHUTTERSTOCK / Dan Rentea Ilustrasi pedagang rempah.

Saat itu, Nusantara menggunakan sejumlah mata uang yang berbeda dari masing-masing daerah. Pedagang dari Bengkulu dan Pekalongan menggunakan manik-manik untuk bertransaksi.

Sementara itu, gelang digunakan oleh pedagang dari Majalengka dan Sulawesi Selatan, serta belincung atau cangkul bermata dua dari pedagang asal Bekasi.

Ada juga moko atau gendang dari Nusa Tenggara Timur dan kerang dari Papua. Ada pula uang asing yang dibawa para pedagang internasional.

Baca juga: Rempah yang Paling Sering Digunakan Orang Indonesia, Tak Sebanyak Zaman Dahulu?

Adapun, uang asing yang masuk ke Nusantara adalah uang dari pedagang China, Jepang, India, dan Persia.

“Pada rentang abad ke-9 sampai ke-13, kerajaan-kerajaan di Nusantara seperti Kediri, Aceh, juga Sulawesi sudah mempunyai uang logam dari emas,” kata Winarni.

Ia melanjutkan, Kerajaan Cirebon, Pontianak, Maluku, dan Banten memiliki uang logam dari timah dan perak.

Ilustrasi koin emas.SHUTTERSTOCK / Marta Mazur Ilustrasi koin emas.

Pada saat itu, emas merupakan alat ukur nilai yang berfungsi sebagai sarana untuk menabung dan menunjukkan status seorang raja.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com