Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Apa Itu Acute Mountain Sickness dan Cara Penanganannya

Kompas.com - 03/11/2020, 19:24 WIB
Nabilla Ramadhian,
Kahfi Dirga Cahya

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Beberapa waktu lalu terdengar kabar seorang pendaki perempuan yang mengalami gejala acute mountain sickness (AMS) atau penyakit ketinggian, lalu ditinggalkan para rekannya.

Kasus tersebut pun jadi perhatian lantaran dianggap membahayakan. Lantas, apa itu AMS dan bagaimana cara penanganan yang tepat?

Berikut penjelasan dari Sekretaris Jenderal Asosiasi Pemandu Gunung Indonesia (APGI) Rahman Mukhlis terkait AMS.

"AMS memang penyakit ketinggian yang bisa menyerang pendaki saat berada di ketinggian. Biasanya di ketinggian 2.500 meter dari permukaan laut (mdpl) bisa kena," kata Rahman kepada Kompas.com, Selasa (3/11/2020).

Baca juga: Tinggalkan Rekan yang Sedang Sakit, 7 Pendaki Disanksi di Gunung Slamet

Rahman melanjutkan, gejala AMS ringan meliputi sakit kepala, mual dan pusing, kehilangan nafsu makan, kelelahan, sesak napas, tidur terganggu, dan lemas untuk bergerak.

Biasanya, penyakit yang tidak bisa diprediksi dan dapat menyerang pendaki ini terjadi karena beberapa faktor.

“Perbedaan ketinggian, kecepatan pendakian, dan daya tahan tubuh. Tubuh harus sehat dan teraklimatisasi untuk mencegah terjadinya AMS,” ungkap Rahman.

KEINDAHAN ALAM INDONESIA - Lanskap Gunung Rinjani dari puncak Bukit Pergasingan, Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat, Kamis (19/3/2015). Puncak Bukit Pergasingan menjadi pilihan wisata trekking di Lombok Timur untuk menyaksikan matahari terbit dan lanskap Gunung Rinjani. KOMPAS.com/KRISTIANTO PURNOMO KEINDAHAN ALAM INDONESIA - Lanskap Gunung Rinjani dari puncak Bukit Pergasingan, Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat, Kamis (19/3/2015). Puncak Bukit Pergasingan menjadi pilihan wisata trekking di Lombok Timur untuk menyaksikan matahari terbit dan lanskap Gunung Rinjani.

Lantas, apa yang bisa dilakukan jika ada teman pendaki yang terkena gejala AMS?

  • Lakukan pendampingan

Hal pertama yang wajib dilakukan adalah mendapingi pendaki yang terkena AMS. Rahman mengatakan, AMS terjadi karena tubuh belum terbiasa dengan ketinggian.

“Harus ada pendampingan, tidak boleh sendiri. Lebih cepat dibawa ke bawah, lebih baik. Percepat kondisi agar stabil,” ujar Rahman.

Baca juga: Pendakian Gunung Andong Buka Tahap Uji Coba, Kuota Per Hari 100 Orang

  • Atur tempo pendakian

Selanjutnya, pengaturan tempo pendakian merupakan hal yang penting. Hal ini untuk menyesuaikan dengan daya tahan tubuh untuk mencegah rasa cepat lelah.

Ada baiknya saat mendaki jangan terlalu cepat. Tempo juga diatur saat membawa pendaki yang terkena AMS karena daya tahan tubuhnya yang sudah mulai menurun.

  • Segera bawa turun

Bagi pendaki yang terlihat sudah mulai menunjukkan gejala AMS, Rahman menyarankan agar mereka segera dibawa turun.

“Kalau dia bisa bergerak, dibawa turun. Jangan dipaksa untuk naik karena AMS bisa berlanjut,” pungkas Rahman.

Gunung Gede Pangrango di Jawa Barat.shutterstock/Dede Sudiana Gunung Gede Pangrango di Jawa Barat.

Dia mengungkapkan, saat ini sudah tersedia obat-obatan bagi para pendaki yang mengalami AMS. Namun, dia tidak menyarankan penggunaannya.

Baca juga: Ingin Naik Gunung Saat Libut Panjang, Simak Info 6 Gunung Ini

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com