Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Promosi Pariwisata yang Efektif: Target Pasar Spesifik

Kompas.com - 11/03/2021, 12:01 WIB
Syifa Nuri Khairunnisa,
Anggara Wikan Prasetya

Tim Redaksi


KOMPAS.com – Merancang promosi pariwisata Indonesia dengan strategi menyasar target pasar spesifik dinilai akan sangat efektif.

Hal tersebut disampaikan Chief Strategic Advisor Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) Dino Patti Djalal dalam acara diskusi strategis Redefining Sustainable Tourism Roadmap, Selasa (9/3/2021).

Sebelumnya, Ia menyampaikan beberapa kelemahan sektor pariwisata Indonesia berdasarkan hasil diskusinya dengan dinas-dinas pariwisata di Indonesia.

“Salah satu kelemahan kita adalah dari segi promosi. Mereka melihat kalau di Asia Tenggara ini yang paling aktif itu Vietnam, Malaysia, Filipina, dan Thailand tentu,” kata Dino.

Baca juga: Nusa Dua dan Ubud Bersiap Sambut Wisman Lewat Travel Bubble

Negara-negara tersebut bisa dibilang sangat aktif merilis promosi pariwisata di mana-mana, mulai dari di billboard iklan, taksi, hingga poster di subway.

“Kita kalah bersaing di sana tuh dan memang katanya karena anggarannya kurang untuk promosi. Tapi kita harus sadar kalau mau turis datang banyak, we need to invest in it. Jadi kita memang perlu menggencarkan promosi kita di luar negeri,” sambung dia.

Intinya adalah, imbuh Dino, bisa merebut wisatawan yang jadi pasar-pasar negara tetangga Asia Tenggara agar mau berpindah ke Indonesia.

Dino mengambil contoh wisatawan yang berasal dari Taiwan. Negara itu secara total memiliki sekitar 17 juta turis dengan tiga juta di antaranya pergi ke Asia Tenggara.

Ilustrasi Pariwisata IndonesiaDokumentasi Biro Komunikasi Kemenparekraf Ilustrasi Pariwisata Indonesia

Dari tiga juta turis tersebut biasanya hanya lima persen saja yang datang ke Indonesia, atau sekitar 200 ribu orang saja.

“Selebihnya ke Thailand, Malaysia, dalam jumlah yang empat kali lipat dari yang ke Indonesia. Kan enggak masuk akal. Indonesia negara yang paling banyak destinasinya, tapi hanya lima persen dari turis Taiwan yang datang,” papar Dino.

Promosi dengan target spesifik

Maka dari itu, Dino menyarankan agar pemerintah mengubah strategi promosi pariwisata menjadi market specific atau target oriented.

Misalnya untuk target pasar Taiwan. Dino menjelaskan bahwa sekitar 80 persen orang yang terbang dari Taiwan ke Indonesia merupakan group traveler sedangkan 20 persen sisanya terbang sendiri.

Artinya, 20 persen tersebut termasuk free independet traveler (FIT) dan 80 persen tersebut menggunakan jasa tur dan travel.

Foto : Taman Nasional Kelimutu. Dokumen Taman Nasional Kelimutu Foto : Taman Nasional Kelimutu.

“Berarti kita harus mengejar pasar itu dan harus menggarap travel agent,” imbuh Dino.

Ia sangat berharap nantinya akan ada program yang menargetkan travel agent di luar Indonesia. Pasalnya, mereka benar-benar akan menjadi infrastruktur penyebaran promosi pariwisata Indonesia.

Lebih lanjut, Dino juga memaparkan contoh banyaknya jasa travel agent di Taiwan yang menyebut tidak adanya bahan digital untuk promosi pariwisata Indonesia pada pasar mereka.

“Teman-teman di travel agent bilang apa bahan promosi kami? Masa kita hanya bilang Indonesia bagus? Masa kita hanya nunjukkin foto-foto? Kan enggak begitu,” terang Dino.

Baca juga: Pengamat Pariwisata Setuju Bali Buka untuk Wisman, tetapi…

Maka dari itu, Dino meminta Kemenparekraf untuk tidak lagi memukul rata strategi promosi wisata yang akan diluncurkan.

Merancang promosi pariwisata sesuai kebiasaan khusus target pasar harus dilakukan. Diperlukan penelitian mendalam mengenai apa hal yang menarik dari kebiasaan tersebut dan bisa dijadikan materi promosi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com