KOMPAS.com - Pemerintah memutuskan mencanangkan program work from Bali (WFB) lantaran saat ini sektor pariwisata di Pulau Dewata sedang membutuhkan pertolongan.
Pasalnya, banyak hotel-hotel yang beroperasi di Bali dengan okupansi minimum atau kurang dari 10 persen.
Hal tersebut diungkapkan oleh Deputi Bidang Koordinasi Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Kemenko Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marves) Odo R.M. Manuhutu dalam sebuah konferensi pers, Sabtu (22/5/2021).
Baca juga: Work From Bali Diharapkan Bantu Persiapan Travel Bubble Indonesia
Menanggapi hal itu, Ketua Ikatan Cendekiawan Pariwisata (ICPI) Azril Azahari mengungkapkan bahwa kebijakan WFB yang dicanangkan oleh pemerintah ini kurang tepat dan bijak.
Menurutnya, beberapa hal dalam kebijakan tersebut masih perlu dikritisi. Sebab, ia menilai hal ini dapat berujung menimbulkan rasa ketimpangan sosial pada pemerintah daerah provinsi lainnya.
"Soal work from Bali ini bisa menimbulkan keirian pada daerah lainnya. Karena di situasi pandemi Covid-19 ini tidak hanya Bali saja yang sektor pariwisatanya terdampak, daerah lain juga. Saya rasa ini perlu dikritisi lagi," kata Azril saat dihubungi oleh Kompas.com, Rabu (26/5/2021).
Ia mengatakan bahwa akan lebih baik jika konsep programnya menjadi work from destination atau dalam artian mengadakan rapat kerja dari destinasi-destinasi pariwisata di berbagai daerah.
Baca juga: Pariwisata Bali Sekarat, Pemerintah Luncurkan Program Work From Bali
Sehingga nantinya tidak hanya pariwisata Bali saja yang mendapatkan pertolongan dari pemerintah, tetapi pariwisata di daerah lainnya juga ikut merasakan.
"Seharusnya jangan dibilang work from Bali, kesannya kita kerja atau work from home. Nah home-nya itu Bali. Seharusnya, meeting from destination misalnya, dimulai dari Bali, tapi jangan cuma Bali, bisa berpindah ke destinasi daerah lainnya juga, akan lebih baik menurut saya," jelas Azril.
Selain itu, Azril juga menanggapi soal lokasi WFB yang akan berpusat di Nusa Dua, Bali.
Menurutnya, secara fasilitas Nusa Dua memiliki kualitas yang lebih baik dibanding daerah lainnya di Bali untuk menunjang program ini.
"MICE (meetings, incentives, conferencing, exhibitions) di Nusa Dua itu fasilitas memang cukup bagus dan terbaik disana. Convention hall-nya cukup besar, break room juga ada. Karena sejak awal Nusa Dua memang dikhususkan untuk pertemuan-pertemuan," imbuh Azril.
Baca juga: Pemerintah Pilih Work From Bali di Kawasan Nusa Dusa, Mengapa?
Selain fasilitas, Azril juga mengungkapkan bahwa pengalaman sumber daya manusia atau para pekerja sektor pariwisata disana juga jauh lebih siap. Hal itu karena budaya masyarakat Bali sedari dulu yang berkaitan dengan pariwisata.
"Karena orang Bali itu sudah biasa menerima wisatawan. Mulai dari supir hingga pemandu wisata mereka ada lisensinya dan sudah dilatih serta punya sertifikat," tambah dia.