Oleh: Frangky Selamat & Hetty Karunia Tunjungsari
DI SEBUAH kafe di pinggiran kota Jambi, Harizan atau akrab disapa Ojan, meletakkan untaian kalung dan gelang berwarna kehitaman di atas meja.
Dari dekat terlihat rangkaian butiran biji yang ditata rapi dan tersambung satu sama lain membentuk kalung dan gelang. Sekilas tidak ada yang istimewa dari barang kerajinan tangan ini.
Hari itu adalah hari Minggu dan pandemi belum datang. Berkumpul di restoran sambil makan dan minum sembari berbagi cerita tentang usaha yang dijalankan tentu menyenangkan.
"Gelang apa ini?" tanya seorang dari kami yang merupakan anggota tim pengabdian kepada masyarakat.
Baca juga: Mewujudkan Mimpi Stik Tempoyak Menjadi Penganan Khas Jambi
Tim ini sedang memberikan penyuluhan untuk membantu meningkatkan daya saing usaha mikro dan kecil di kota Jambi.
"Ini sebalik sumpah," jawab Ojan tenang. Sebalik sumpah? Ya, nama yang ganjil bagi sebagian orang.
Mungkin dikira bercanda. Namun memang itu namanya. Gelang dan kalung dari biji sebalik sumpah.
Jika dicerna cerita di balik nama itu, ternyata biji-bijian yang digunakan sebagai kalung dan gelang itu diperoleh dari pohon sebalik sumpah. Pohon ini berada di kawasan konservasi Taman Nasional Bukit Duabelas (TNBD) di Sarolangun.
Satu buah sebalik sumpah atau buah lerok melong dapat menghasilkan 12 butir biji. Sebelum dirangkai menjadi gelang atau kalung, biji dikeringkan dahulu.
Biji dari buah-buah itu dijadikan kerajinan tradisional komunitas Orang Rimbo, atau suku Anak Dalam, suku asli di Jambi.
Baca juga: 10 Tempat Wisata Jambi, Candi hingga Danau Tertinggi di Asia Tenggara
Harizan sebagai pemilik usaha mikro "Jan's Souvenir" memanfaatkan biji buah-buah itu menjadi gelang dan kalung.
Bagi suku Anak Dalam gelang dan kalung sebalik sumpah dipercaya sebagai penyelamat dari ancaman penyumpahan yang buruk.
Menurut kepercayaan, jika seseorang disumpahi oleh orang lain, dengan mengenakan kalung atau gelang sebalik sumpah, sumpah itu akan berbalik kembali kepada orang yang menyumpahi.
Selain sebagai penolak bala, aksesori ini juga diyakini untuk menjaga diri, menghalau unsur gaib, dan lambang persaudaraan.
Kepopuleran cendera mata khas Jambi ini telah memperoleh pengakuan sebagai salah satu cendera mata terpopuler dalam ajang Anugerah Pesona Indonesia (API) 2019.