Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
PAREKRAF

Catat, Ini 7 Sport Tourism Berbasis Kearifan Lokal di Indonesia

Kompas.com - 28/08/2021, 09:11 WIB
Sri Noviyanti

Penulis

KOMPAS.com - Beberapa tahun belakangan, perkembangan sport tourism semakin pesat. Bahkan kini menjadi salah satu tren dalam penggerak sektor pariwisata di Indonesia.

Menariknya, saat ini Indonesia dianggap sebagai ikon sport tourism dunia berkat keindahan alam dan budaya yang dimiliki.

Sesuai dengan namanya, sport tourism adalah wisata yang dikombinasikan dengan olahraga.

United Nations World Tourism Organizations (UNWTO) menjelaskan, sport tourism merupakan sektor wisata yang pertumbuhannya paling cepat karena aktivitasnya diminati wisatawan.

Ditambah lagi, sport tourism termasuk tren pariwisata yang memiliki pasar cukup besar. Pertumbuhan sport tourism di Indonesia diprediksi bisa mencapai Rp 18.790 triliun hingga 2024.

Baca juga: Destinasi Wisata di Indonesia yang Ditetapkan sebagai UNESCO Global Geopark

Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Kepala Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Salahuddin Uno menjelaskan, adanya sport tourism dengan kearifan lokal tidak hanya menarik wisatawan karena destinasinya saja.

Hal itu, katanya jadi kearifan budaya lokal yang dapat membangkitkan ekonomi sekaligus membuka lapangan kerja.

Sebenarnya, Indonesia sudah lama mengembangkan sport tourism dengan kearifan lokal dalam berbagai event dan festival yang dapat menarik wisatawan. Berikut, 7 sport tourism berbasis kearifan lokal di Indonesia.

Lompat Batu Nias

Sport tourism berbasis kearifan lokal Indonesia yang pertama adalah Lompat Batu di Nias. Bukan lompat batu biasa, atraksi yang dikenal dengan nama Hombo Batu ini merupakan atraksi melompati batu setinggi dua meter dan lebar 40 centimeter (cm).

Atraksi wisata dari Desa Wisata Bawomataluo, Nias, Sumatera Utara itu awalnya merupakan tradisi yang dilakukan sebagai syarat pemuda untuk mengikuti perang. Pemuda yang berhasil melompati batu dianggap sebagai sosok dewasa yang telah matang secara fisik.

Baca juga: Potensi Pengembangan Wisata Halal di Indonesia

Menariknya, selain ditampilkan sebagai acara adat, tradisi yang terus dilestarikan oleh warga Desa Wisata Bawomataluo itu juga telah menjadi pertunjukan menarik bagi para wisatawan.

Pacu Jalur

Pacu Jalur juga masuk kategori sport tourism dengan kearifan lokal di Indonesia. Pacu Jalur adalah lomba dayung tradisional Provinsi Riau yang memadukan unsur olahraga, seni, dan olah batin.

Pacu Jalur digelar untuk melestarikan budaya. Mengingat, sejak 1900-an perahu adalah transportasi utama masyarakat Kuantan Singingi, Riau.

Uniknya, kegiatan olahraga yang mirip dengan Perahu Naga ini menggunakan perahu sepanjang 25-40 meter, dan bisa diisi hingga 40 pendayung. Bukan hanya menarik wisatawan domestik, Pacu Jalur berhasil menarik wisatawan mancanegara asal Malaysia, Amerika Serikat, dan Australia.

Ironman Bintan

Pilihan sport tourism selanjutnya adalah ajang triathlon paling menantang di Asia, Ironman 70.3 Bintan. Tidak main-main, Ironman Bintan 2019 berhasil diikuti 1.044 peserta dari 58 negara, di antaranya Filipina, Selandia Baru, Singapura, Australia, Jepang, dan Amerika Serikat.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com