Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Museum Kapal PLTD Apung di Banda Aceh, Saksi Bisu Tsunami Aceh

Kompas.com - Diperbarui 26/12/2022, 09:45 WIB
Nabilla Ramadhian,
Ni Nyoman Wira Widyanti

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Tsunami yang melanda Aceh pada 26 Desember 2004 adalah salah satu bencana alam yang mungkin masih sulit dilupakan oleh sebagian masyarakat lantaran memakan banyak korban.

Peristiwa yang menyapu pesisir Aceh tersebut terjadi pascagempa dangkal di dasar Samudera Hindia, dan disebut sebagai gempa terbesar kelima yang pernah terjadi dalam sejarah.

Kapal Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) Apung, yang menjadi saksi bisu peristiwa itu, kini merupakan sebuah tempat wisata berbasis edukasi bernama Museum Kapal PLTD Apung, dan berlokasi di Desa Punge, Blancut, Banda Aceh.

Baca juga:

Saksi bisu tsunami Aceh

Mengutip keterangan pers dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf), Selasa (19/10/2021), kapal ini merupakan salah satu saksi bisu peristiwa tsunami Aceh.

Tepat 18 tahun pada hari ini, Kapal PLTD Apung tengah berada di Pelabuhan Ulee Lheue, Banda Aceh. Namun saat gelombang setinggi sembilan meter menghantam, kapal terseret hingga lima kilometer ke pusat kota Banda Aceh.

Bermula dari kisah tersebut, kapal dengan panjang 63 meter dan berat 2.600 ton itu pun dijadikan sebagai museum oleh pemerintah.

Museum Kapal PLTD Apung di Blancut, Kota Banda Aceh.dok. Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Museum Kapal PLTD Apung di Blancut, Kota Banda Aceh.

Tempat wisata edukasi kebencanaan

Wisatawan yang berkunjung ke Museum Kapal PLTD Apung akan disuguhi pemandangan sebuah monumen tsunami yang cukup besar.

Pada bagian atas monumen terdapat sebuah jam bundar yang menunjukkan waktu dan tanggal saat tsunami melanda Aceh, yakni pada 26 Desember 2004 pukul 07.55 WIB.

Baca juga:

Sementara pada bagian bawah monumen terdapat prasasti berisi nama-nama korban jiwa di lima dusun, yakni Dusun Tuan Balik Ayei dengan 171 jiwa dan Dusun Tuan Dipakeh dengan 212 jiwa.

Kemudian Dusun Tuan Dikandang dengan 350 jiwa, Dusun Lampih Lubhook dengan 276 jiwa, dan Dusun Krueng Doy dengan 68 jiwa.

Pada bagian belakang monumen adalah relief yang menggambarkan bagaimana Kapal PLTD Apung terdampar.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com