BrandzView
Konten ini merupakan kerja sama Kompas.com dengan Kementerian Pariwisata & Ekonomi Kreatif

Mengenal Sustainable Tourism, Konsep Wisata dengan Memperhatikan Aspek Keberlanjutan Lingkungan

Kompas.com - 25/03/2022, 10:44 WIB
Hotria Mariana,
Sri Noviyanti

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Wisata ramah lingkungan yang mendukung aspek keberlanjutan tengah menjadi tren di kalangan wisatawan. Konsep ini dinilai dapat memberikan kontribusi bagi lingkungan, selain kesenangan semata.

#DiIndonesiaAja, konsep wisata berkelanjutan bukan hal baru. Banyak destinasi wisata berbasis sustainable tourism sudah dibangun di negeri ini. Pengembangannya pun terus dioptimalkan oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) melalui empat pilar.

Pilar tersebut terdiri dari pengelolaan destinasi pariwisata secara berkelanjutan (sustainability management), pemanfaatan ekonomi untuk masyarakat lokal (social-economy), pelestarian budaya bagi masyarakat dan pengunjung (sustainable culture), serta pelestarian lingkungan (environment sustainability).

Lantas, destinasi wisata mana saja yang mengusung sustainable tourism di Indonesia? Berikut ulasannya.

1. Taman Nasional Ujung Kulon, Banten

Taman Nasional Ujung Kulon merupakan habitat bagi hewan langka badak jawa. Indonesia Travel Taman Nasional Ujung Kulon merupakan habitat bagi hewan langka badak jawa.

Salah satu bukti penerapan sustainable tourism di Indonesia terlihat di Taman Nasional Ujung Kulon, Banten. Beragam jenis flora dan fauna hidup serta tumbuh di taman seluas 122.956 hektare (ha) ini.

Selain itu, taman nasional yang berada di ujung barat Pulau Jawa tersebut juga menjadi rumah bagi hewan langka berstatus kritis, yakni badak jawa. Perlu diketahui, populasi spesies ini hingga Agustus 2020 hanya berjumlah 74 individu. Angka ini terdiri dari 40 jantan dan 34 betina.

Dikutip dari The Conversation, Jumat (24/9/2021), jumlah populasi tersebut tergolong kecil untuk total populasi global suatu spesien. Karena itu, pelestarian badak jawa masih menjadi pekerjaan rumah (PR) besar bagi Indonesia.

Tak sekadar melestarikan hewan dan tumbuhan, keberadaan Taman Nasional Ujung Kulon juga mampu menciptakan peluang ekonomi bagi masyarakat sekitar karena fungsinya sebagai destinasi wisata.

Ada banyak kegiatan seru bisa dijajal oleh pelancong ketika berkunjung ke sana. Sebut saja, snorkeling di Pulau Peucang, hiking ke Karang Copong, berselancar di Pulau Panaita, trekking ke Gunung Honje, bersantai di Padang Rumput Cidaon, menyaksikan owa jawa di Curug Cikacang, menikmati kekayaan alam di Kepulauan Handeuleum, serta berkano di Pulau Pamanggangan.

2. Taman Sari Buwana, Bali

Di Taman Sari Buwana, Bali, wisatawan bisa mengenal sistem pertanian tradisional. Di Taman Sari Buwana, Bali, wisatawan bisa mengenal sistem pertanian tradisional.

Sebagai negara agraris, Indonesia memiliki banyak lahan pertanian. Area-area itu pun diberkahi dengan pemandangan luar biasa. Salah satu contohnya terlihat pada persawahan di Taman Sari Buwana yang terletak di Banjar Beng Utara, Desa Tunjuk, Kabupaten Tabanan, Bali.

Menariknya, sistem pertanian di sana masih menggunakan cara-cara tradisional, baik dari segi alat maupun metode bertani. Hal ini terlihat dari keberadaan subak dan aktivitas metekap, yakni membajak sawah menggunakan dua ekor sapi.

Kawasan tersebut menawarkan konsep farming tour kepada wisatawan. Meski begitu, bukan berarti kegiatan di Taman Sari Buwana terbatas pada kegiatan bercocok tanam. Sebaliknya, banyak aktivitas seru bisa dilakukan di sini. Contohnya, trekking dengan rute Subak Kelasem hingga Subak Babakan.

Selain itu, wisatawan juga bisa belajar membuat canang sari (terbuat dari janur dan bunga) dan ceper (wadah berbentuk kotak dari daun kelapa dan pinang) yang merupakan perlengkapan ibadah umat Hindu di Bali.

Dilansir dari situs web resmi Taman Sari Buwana www.balivillagelife.com, aktivitas wisata di destinasi ini pada dasarnya adalah kegiatan semisosial yang dikembangkan untuk tujuan keberlanjutan. Jadi, retribusi yang masuk ke pengelola akan dialokasikan untuk mendukung kegiatan belajar-mengajar di Desa Tunjuk.

Sebagai informasi, setiap Minggu, anak-anak di desa tersebut berkumpul di salah satu rumah warga untuk belajar tentang komputer, bahasa Inggris, dan aritmatika China, serta cara membangun mentalitas positif.

3. Raja Ampat, Papua Barat

Pemandangan Raja Ampat dari Bukit Pianemo. Indonesia Travel Pemandangan Raja Ampat dari Bukit Pianemo.

Jauh dari hiruk pikuk kota metropolitan ditambah lanskap alam yang begitu menawan membuat Raja Ampat menjadi salah satu tujuan wisata favorit pelancong domestik dan mancanegara.

Daya tarik utama Raja Ampat terletak pada perairannya yang begitu kaya akan biota laut. Sebanyak 699 jenis moluska, 5 jenis penyu, dan 16 jenis mamalia laut hidup di sana.

Selain itu, Raja Ampat juga menjadi rumah bagi 70 persen spesies karang dunia, dengan rincian 553 terumbu karang dan 1.505 jenis ikan karang, sebagaimana dikutip dari Kompas.id, Selasa (12/10/2021).

Dengan segala kekayaan bahari tersebut ditambah kondisi laut yang masih terjaga, tak heran bahwa Raja Ampat mendapat julukan surga bawah laut.

Untuk diketahui, kawasan Raja Ampat memiliki sekitar 113 titik penyelaman. Beberapa spot menyelam terbaik dan paling terkenal adalah Kabui Passage, di sekitar Dermaga Pulau Arborek, Sauwandarek, Yenbuba, dan Dinding Friwen.

Tak sekadar menjadi tempat konservasi biota, Raja Ampat juga berfungsi sebagai sumber mata pencarian bagi masyarakat sekitar.

Sekretaris Dinas Pariwisata Kabupaten Raja Ampat Engelbert Wader mengungkapkan, cukup banyak profesi dan bisnis pariwisata bermunculan seiring geliat wisata di kawasan Raja Ampat. Contohnya, usaha rental mobil, pemandu wisata, dan penginapan.

Mengukur jejak karbon

Agar berwisata di tiga destinasi tersebut ramah terhadap kelestarian lingkungan, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Salahuddin Uno mengajak pelancong untuk memperhatikan jejak karbon (carbon footprint).

Adapun jejak karbon adalah total emisi yang dihasilkan dari aktivitas individu, peristiwa, organisasi, atau produk dan didefinisikan dalam karbon dioksida ekuivalen.

Pasalnya, hasil riset Nature Climate Change menunjukkan bahwa industri pariwisata berkontribusi pada emisi karbon dunia. Jumlahnya mencapai 8 persen yang berasal dari aktivitas transportasi, belanja, dan makanan.

"Keberlanjutan ekonomi, kelestarian budaya, dan keberlanjutan lingkungan adalah satu kaitan nada. Ini sesuai dengan tren pariwisata personalized, customized, localize, dan smallest impact," ujarnya, seperti dikutip dari laman resmi Kemenparekraf, Jumat (7/1/2022).

Untuk memudahkan wisatawan mengukur jejak karbon selama berwisata, Kemenparekraf meluncurkan Carbon Footprint Calculator dan Offsetting (CFPC).

Selain memperhatikan jejak karbon, Kemenparekraf juga mengimbau agar wisatawan mematuhi segala aturan perjalanan yang berlaku demi keamanan bersama. Salah satunya, vaksinasi lengkap.

Protokol kesehatan (prokes) 6M juga wajib diterapkan, mulai dari memakai masker, mencuci tangan dengan sabun di air mengalir, menjaga jarak, menjauhi kerumunan, mengurangi mobilitas, hingga menghindari makan bersama.

Pastikan juga spot-spot wisata yang dikunjungi di Taman Nasional Ujung Kulon, Taman Sari Buwana, dan Raja Ampat sudah tersertifikasi Cleanliness, Health, Safety, and Environmental Sustainability (CHSE) dari Kemenparekraf.

Sebagai informasi, CHSE diberikan kepada pelaku industri pariwisata, seperti hotel, restoran, dan wahana rekreasi yang mampu memberikan jaminan kebersihan, kesehatan, keselamatan, dan kelestarian lingkungan kepada wisatawan.

Agar tidak ketinggalan berita menarik seputar pariwisata #WonderfulIndonesia, jangan lupa follow akun Instagram @pesona.indonesia dan akun TikTok @pesonaindonesia. Selain itu, kamu juga bisa mengikuti kuis berhadiah Pesona Punya Kuis (PUKIS).

Persyaratan untuk mengikuti kuis itu tidaklah sulit. Peserta hanya perlu menjawab pertanyaan yang diberikan di kedua akun media sosial tersebut, serta tag tiga orang teman.

 


Terkini Lainnya

Wahana dan Kolam Renang di Kampoeng Kaliboto Waterboom Karanganyar

Wahana dan Kolam Renang di Kampoeng Kaliboto Waterboom Karanganyar

Jalan Jalan
Gunung Ruang Meletus, AirAsia Batalkan Penerbangan ke Kota Kinabalu

Gunung Ruang Meletus, AirAsia Batalkan Penerbangan ke Kota Kinabalu

Travel Update
Kampoeng Kaliboto Waterboom: Daya Tarik, Harga Tiket, dan Jam Buka

Kampoeng Kaliboto Waterboom: Daya Tarik, Harga Tiket, dan Jam Buka

Jalan Jalan
Aktivitas Wisata di The Nice Garden Serpong

Aktivitas Wisata di The Nice Garden Serpong

Jalan Jalan
Delegasi Dialog Tingkat Tinggi dari China Akan Berwisata ke Pulau Padar Labuan Bajo

Delegasi Dialog Tingkat Tinggi dari China Akan Berwisata ke Pulau Padar Labuan Bajo

Travel Update
The Nice Garden Serpong: Tiket Masuk, Jam Buka, dan Lokasi

The Nice Garden Serpong: Tiket Masuk, Jam Buka, dan Lokasi

Jalan Jalan
Cara ke Sukabumi dari Bandung Naik Kendaraan Umum dan Travel

Cara ke Sukabumi dari Bandung Naik Kendaraan Umum dan Travel

Travel Tips
Pengembangan Bakauheni Harbour City di Lampung, Tempat Wisata Dekat Pelabuhan

Pengembangan Bakauheni Harbour City di Lampung, Tempat Wisata Dekat Pelabuhan

Travel Update
Asita Run 2024 Digelar di Bali Pekan Ini, Terbuka untuk Turis Asing

Asita Run 2024 Digelar di Bali Pekan Ini, Terbuka untuk Turis Asing

Travel Update
13 Telur Komodo Menetas di Pulau Rinca TN Komodo pada Awal 2024

13 Telur Komodo Menetas di Pulau Rinca TN Komodo pada Awal 2024

Travel Update
Tanggapan Kemenparekraf soal Jam Kerja 'Overtime' Sopir Bus Pariwisata

Tanggapan Kemenparekraf soal Jam Kerja "Overtime" Sopir Bus Pariwisata

Travel Update
Tip Jalan-jalan Jenius ke Luar Negeri, Tukar Mata Uang Asing 24/7 Langsung dari Aplikasi

Tip Jalan-jalan Jenius ke Luar Negeri, Tukar Mata Uang Asing 24/7 Langsung dari Aplikasi

BrandzView
Vietnam dan China Siap Bangun Jalur Kereta Cepat Sebelum 2030

Vietnam dan China Siap Bangun Jalur Kereta Cepat Sebelum 2030

Travel Update
Libur Lebaran, Tren Kunjungan Wisatawan di Labuan Bajo Meningkat

Libur Lebaran, Tren Kunjungan Wisatawan di Labuan Bajo Meningkat

Travel Update
ASDP Catat Perbedaan Tren Mudik dan Arus Balik Lebaran 2024 Merak-Bakauheni

ASDP Catat Perbedaan Tren Mudik dan Arus Balik Lebaran 2024 Merak-Bakauheni

Travel Update
komentar di artikel lainnya
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com